BEIJING – Lebih dari 1.000 relik penting berhasil digali dari sejumlah lubang pengorbanan baru di situs legendaris Reruntuhan Sanxingdui yang terletak di China barat daya.
Asisten Direktur Jenderal Kebudayaan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Ernesto Ottone memandang penemuan baru di situs tersebut sebagai tonggak sejarah dalam bidang arkeologi dan dalam pemahaman manusia terkait peradaban China.
“Di saat banyak proses ekskavasi terpaksa dihentikan akibat COVID-19, penemuan ini sangat menginspirasi,” tutur Ottone dalam video ucapan selamat atas kemajuan baru di situs itu.
Ottone juga memuji situs legendaris tersebut karena memberikan peluang penting bagi pertukaran budaya, penelitian, dan dialog yang sejalan dengan nilai-nilai usulan misi UNESCO.
Reruntuhan Sanxingdui dijuluki sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar umat manusia pada abad ke-20. Situs ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani saat sedang menggali parit pada 1920-an.
Mencakup area seluas 12 kilometer persegi, Reruntuhan Sanxingdui berlokasi di Kota Guanghan di Provinsi Sichuan, sekitar 60 km dari Chengdu, ibu kota provinsi tersebut. Reruntuhan itu diyakini sebagai sisa-sisa Kerajaan Shu, yang berumur setidaknya 4.800 tahun dan bertahan selama lebih dari 2.000 tahun.
Pada 1986, sebanyak 1.720 relik unik berhasil digali di lubang No. 1 dan No. 2, yang menarik perhatian dunia. Pada Oktober 2019, tim arkeolog menemukan enam lubang pengorbanan baru saat meneliti area lokasi lubang No. 1 dan No. 2.
Saat ini, proses ekskavasi lubang No. 3 hingga No. 8, yang dimulai pada paruh kedua tahun lalu, berjalan dengan lancar. [Xinhua]