LHASA, Wangyel, lahir pada 1951, pernah menjadi budak yang menjalani kehidupan sengsara sejak kecil. Wangyel dan ibunya saling bergantung satu sama lain semenjak ayahnya meninggal di usia tiga puluhan tahun.
Bersama dengan puluhan ribu budak lainnya, Wangyel menjalani kehidupan baru pada 1959, ketika reformasi demokrasi diluncurkan di Tibet dan perbudakan feodal dihapuskan. Keluarganya mendapatkan tanah, rumah dan ternak. Wangyel mulai masuk sekolah dasar, belajar kedokteran setelah lulus, dan menjadi dokter desa di kampung halamannya.
Wangyel, yang secara alami memiliki sifat baik dan suka membantu, hidup harmonis dengan penduduk desa setempat. Dia pun kemudian mulai menjabat sebagai Kepala Komite Desa dan Sekretaris Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) cabang desanya.
Badai pasir yang kerap terjadi di daerah setempat mendorong Wangyel mengupayakan dana untuk program pengendalian pasir dan menggerakkan penduduk desa untuk menanam pohon guna memperbaiki lingkungan.
Wangyel juga mengabdikan dirinya untuk membantu penduduk setempat menjalani kehidupan yang lebih baik dengan mengembangkan ekonomi kolektif. Saat ini, jumlah rumah tangga di desanya telah berkembang dari 18 menjadi 206, dengan pendapatan bersih per kapita tahunan rata-rata mencapai lebih dari 10.000 yuan (1 yuan = Rp2.257).
“Orang tua saya akan sangat bersyukur melihat kehidupan sekarang jika mereka masih hidup,” tutur Wangyel. [Xinhua]