Warga menunggu bantuan makanan di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 19 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
GAZA, 20 November (Xinhua) — Dengan hanya 10 persen dari pasokan makanan yang diperlukan yang dapat masuk ke Jalur Gaza sejak konflik Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober lalu, penduduk di daerah kantong pesisir Palestina tersebut kini menghadapi kesenjangan pangan yang sangat besar dan kelaparan yang meluas.
Warga setempat berjuang untuk mendapatkan makanan setiap hari di tengah ketakutan kelaparan. Kekurangan makanan yang belum pernah terjadi sebelumnya mendorong warga Gaza untuk melakukan mekanisme penanggulangan yang berbahaya, seperti melewatkan atau mengurangi makan dan menggunakan metode yang tidak aman dan tidak sehat untuk menyalakan api, seperti diperingatkan Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP).
Warga menunggu bantuan makanan di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 19 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Anak-anak menunggu bantuan makanan di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 19 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Foto yang diabadikan pada 16 November 2023 ini menunjukkan pemandangan tempat penampungan sementara, yang diubah fungsinya dari sebuah sekolah, bagi pengungsi Palestina di Jalur Gaza tengah. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Seorang pengungsi anak terlihat di tempat penampungan sementara di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 13 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Pengungsi mengambil air dari sebuah tangki di tempat penampungan sementara di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 13 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Sejumlah pengungsi anak menunggu makanan di tempat penampungan sementara di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 13 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)