PHNOM PENH – Perdana Menteri (PM) Kamboja Samdech Techo Hun Sen pada Sabtu (25/9) mengatakan bahwa COVID-19 telah melanda hampir setengah dari total pagoda Buddha di Phnom Penh, ibu kota Kamboja.
“Kemarin, tim medis mengambil sampel dari para biksu Buddha dan orang awam di seluruh pagoda di Phnom Penh untuk pengujian. Hasilnya, kasus COVID-19 ditemukan pada hampir setengah dari total pagoda tersebut,” ujarnya dalam sebuah pesan suara yang dirilis ke publik.
Terdapat 151 pagoda Buddha di ibu kota itu, menurut Kementerian Kultus dan Agama Kamboja.
Hun Sen mengatakan bahwa Kamboja memiliki lebih dari 4.000 pagoda di seluruh negeri, dan sampel pengujian COVID-19 dari para biksu dan orang awam di luar Phnom Penh belum dikumpulkan.
Merebaknya wabah COVID-19 di pagoda terjadi usai umat Buddha pada Rabu (22/9) mulai merayakan festival tradisional Pchum Ben, atau Hari Leluhur, yang berlangsung selama 15 hari.

Dalam upaya membendung penyebaran COVID-19, pemerintah pada Jumat (24/9) memutuskan untuk menangguhkan festival tersebut, seraya memperingatkan bahwa setiap pertemuan besar di pagoda dapat menempatkan negara itu pada risiko tinggi wabah COVID-19 berskala besar, terutama varian Delta yang cepat menular.
Festival Pchum Ben adalah perayaan tradisional terbesar kedua di Kamboja setelah Tahun Baru Khmer.
Selama perayaan tersebut, para penganut Buddha mengunjungi pagoda dan membuat persembahan bagi para biksu sebagai bentuk bakti kepada sanak saudara maupun orang terkasih mereka yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa semua persembahan yang diberikan kepada para biksu akan sampai kepada leluhur maupun kerabat mereka yang telah meninggal. Sebagai balasannya, roh para leluhur dan kerabat itu akan memberkahi mereka dengan keberuntungan, kesehatan, dan kekayaan.
Kamboja pada Sabtu mengonfirmasi rekor 816 kasus harian baru COVID-19, menambah total infeksi nasional menjadi 108.257. Sementara itu, 21 kematian baru telah dilaporkan, sehingga total kematian di Kamboja menjadi 2.218, menurut kementerian kesehatan negara tersebut.

Kamboja meluncurkan upaya vaksinasi COVID-19 pada Februari lalu. Pada 24 September, negara itu menyuntikkan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 kepada 12,95 juta orang, atau 80,9 persen dari 16 juta populasinya, kata Kementerian Kesehatan Kamboja.
Dari jumlah tersebut, 10,77 juta di antaranya, atau 67,3 persen, telah divaksinasi penuh dengan dua suntikan vaksin wajib, sementara 860.551 di antaranya, atau 5,37 persen, menerima suntikan dosis penguat (booster), tambah kementerian itu.
Hun Sen mengatakan vaksin saja tidak cukup untuk menghentikan penyebaran COVID-19, dan mengimbau kepada masyarakat untuk terus mematuhi pedoman kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama ‘tiga hal yang harus dilakukan dan tiga hal yang dilarang dilakukan’.
Adapun tiga hal yang harus dilakukan adalah mengenakan masker, mencuci tangan secara teratur, dan menjaga jarak fisik sejauh 1,5 meter. Sementara itu, tiga hal yang dilarang dilakukan yaitu berada di ruang sempit dan tertutup, berada di tempat keramaian, serta saling bersentuhan. [Xinhua]