Orang-orang memilih buku di salah satu stan dalam sebuah pameran buku di Dhaka, Bangladesh, pada 23 Februari 2024. (Xinhua/Sun Nan)
Populernya rumah buku China di Amar Ekushey Boi Mela, pameran buku tahunan terbesar di Bangladesh, merupakan contoh betapa budaya China dicintai oleh masyarakat Bangladesh, tutur Duta Besar China untuk Bangladesh Yao Wen.
DHAKA, 26 Februari (Xinhua) — Pameran buku tahunan terbesar di Bangladesh digelar di Ibu Kota Dhaka selama Februari ini. Sebuah rumah buku China dalam pameran tersebut mendapatkan popularitas seiring dengan semakin banyaknya warga setempat yang ingin mengetahui lebih banyak tentang China.
Amar Ekushey Boi Mela, yang berarti “Pameran Buku Kedua Puluh Satu yang Abadi” (Immortal Twenty First Book Fair) dalam bahasa lokal, disambut baik oleh masyarakat setempat. Hal ini terlihat dari antrean panjang ratusan pengunjung yang hendak memasuki pameran buku tersebut.
“Saya ingin mengetahui hal-hal berbeda tentang China,” kata seorang remaja perempuan bernama Jaya Afran kepada Xinhua, seraya menambahkan bahwa dia tidak pernah membaca buku mengenai China, jadi dia datang ke rumah buku tersebut untuk membeli buku tentang China.
Afran mengaku sering menonton film kartun China dan sangat menyukai budaya negara itu. “Saya tertarik dengan kartun China, jadi saya datang ke sini untuk belajar lebih banyak tentang China.”
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2024/02/view-ZPsVwZ.jpeg)
Orang-orang memilih buku di salah satu stan dalam sebuah pameran buku di Dhaka, Bangladesh, pada 23 Februari 2024. (Xinhua/Sun Nan)
Rezaul Haque merupakan salah satu orang yang datang ke rumah buku tersebut. “Kami telah diperkenalkan tentang China sejak kecil, terutama ketika kami masih di sekolah. Kami adalah pembaca setia salah satu majalah China versi bahasa Bengali,” kata Haque.
Haque berharap akan ada pameran rutin di mana masyarakat dapat mengoleksi buku-buku China. “Ini akan baik bagi kita yang ingin tahu tentang China, yang ingin menghargai China, dan mencintainya.”
Tausif Zaman, yang belajar bahasa Mandarin di Institut Konfusius di Universitas Dhaka yang terkemuka di Bangladesh, telah membaca sebuah buku tentang Sungai Kuning, hingga memberinya kesan mendalam.
“Semakin banyak orang membaca buku-buku semacam ini, semakin banyak orang yang akan memiliki pemahaman lebih baik tentang China, sastra China, dan buku-buku mereka,” tutur Zaman.
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2024/02/view-4VJBC5.jpeg)
Orang-orang memilih buku di salah satu stan dalam sebuah pameran buku di Dhaka, Bangladesh, pada 23 Februari 2024. (Xinhua/Sun Nan)
“Sangat penting bagi kedua negara untuk melakukan pertukaran budaya sehingga kita dapat bertukar persahabatan dan pandangan kita,” imbuh Zaman.
Di depan rumah buku China, berbagai kegiatan dalam rangka merayakan Festival Lampion yang jatuh pada Sabtu (24/2) juga berhasil menarik banyak pengunjung. Ratusan warga Bangladesh berkumpul di sana untuk merasakan aktivitas budaya yang penuh warna dengan semangat tinggi.
Mengingat bahwa pameran buku tersebut lahir dari apresiasi masyarakat Bangladesh terhadap bahasa ibu dan budaya mereka, Duta Besar China untuk Bangladesh Yao Wen mengatakan bahwa populernya rumah buku China merupakan contoh betapa budaya China dicintai oleh masyarakat Bangladesh.
“Saya berharap lebih banyak orang dapat memahami dan merasakan budaya China di sini,” kata Yao. [Xinhua]