Warga dari berbagai daerah di Indonesia bergotong royong membantu para pengungsi bencana erupsi Gunung Semeru yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 40 orang.
oleh Hayati Nupus
JAKARTA, 16 Desember (Xinhua) — Warga dari berbagai daerah di Indonesia bergotong royong membantu para pengungsi bencana erupsi Gunung Semeru, yang merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa.
Di antaranya adalah para perempuan dari organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Mereka melakukan perawatan penyembuhan trauma untuk anak-anak di kamp pengungsian.
Mereka memulai kegiatannya pada akhir pekan lalu di lima kamp pengungsi di lereng tenggara Gunung Semeru di Kecamatan Candipuro. Para pengungsi di tempat tersebut masih mengingat sore hari yang mencekam dengan langit yang gelap ketika gunung tersebut memuntahkan awan panas berwana abu-abu pada Sabtu (4/12) lalu.
“Mereka menceritakan pengalaman mereka sembari menangis ketakutan dan tubuh gemetar, dan mengatakan mereka tidak ingin kembali ke rumah mereka,” kata Camelia Habibah, seorang anggota NU, kepada Xinhua pada Senin (13/12), menggambarkan trauma yang dialami para pengungsi.
Di kamp pengungsian, para sukarelawan tersebut mengajak anak-anak itu untuk bercerita, menggambar, dan bermain bersama, sehingga mereka bisa tersenyum pascabencana yang menewaskan 48 orang, dengan belasan orang lainnya masih hilang, menurut data yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mengingat penyembuhan trauma bukanlah proses instan, pertemuan pada akhir pekan lalu itu hanyalah permulaan. Setelah kembali dari kamp, mereka menyusun rencana untuk melibatkan lebih banyak sukarelawan dan psikolog.
Sementara itu, ratusan perempuan etnis Minang di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat, pada Rabu (8/12) lalu memasak satu ton rendang untuk disumbangkan kepada para pengungsi bencana erupsi Gunung Semeru.
Rendang adalah lauk khas masyarakat Minang yang disantap bersama nasi, pada umumnya berbahan dasar daging sapi dengan bumbu yang dimasak berjam-jam dan tahan lebih lama.
Ini bukan kali pertama masyarakat Minang menyumbangkan makanan untuk para pengungsi, sebuah aksi yang mereka sebut sebagai balas budi atas kebaikan masyarakat Indonesia ketika Sumatra Barat diguncang gempa yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada 2009 lalu.
“Kami berharap bahwa dengan rendang ini, imunitas para pengungsi tetap terjaga karena makanan ini bagus untuk kesehatan,” kata Bupati Dharmasraya Sutan Riska.
Donasi semacam ini menunjukkan sikap gotong royong dan kepedulian terhadap sesama, serta pesan kepada para pengungsi bahwa mereka tidak sendiri, tambah Riska. [Xinhua]