HANGZHOU – Orang-orang di China selatan belajar membuat bir dari tanaman budi daya dan tumbuh-tumbuhan sekitar 9.000 tahun silam, menurut temuan yang didapat dalam penggalian di situs Qiaotou di Kota Yiwu, yang dikenal sebagai supermarket dunia, di Provinsi Zhejiang, China timur.
Bukti awal manusia zaman dahulu meminum bir ditemukan di sebuah gundukan platform kuno di situs tersebut, dengan ditemukannya residu pati, fitolit (phytolit), dan fungi di bejana tembikar.
Sisa-sisa fungi menunjukkan penemuan jamur dan ragi dalam jumlah besar yang mirip dengan mikroorganisme khas yang digunakan dalam pembuatan arak atau anggur di Asia Timur dan Asia Tenggara saat ini. Teknik kuno tersebut juga mirip dengan metode tradisional pembuatan arak beras di Yiwu saat ini.
Manusia mungkin telah mempelajari tanaman berjamur dan menemukan ragi, kata Wang Jiajing, salah satu peneliti yang melakukan studi tersebut.
Sementara itu, dua kerangka manusia ditemukan di situs tersebut, yang diperkirakan merupakan kerangka manusia paling awal dari jenisnya di Zhejiang. Manusia zaman kuno kemungkinan menggunakan arak saat upacara, termasuk upacara pengorbanan dan pemakaman.
Namun, pada masa itu, penduduk setempat baru mulai membudidayakan beras liar, sehingga hasil biji-bijian masih relatif rendah, yang membuat minuman beralkohol menjadi barang mewah, menurut para peneliti.
Pertama kali digali pada 2014, situs Qiaotou tergolong dalam budaya Neolitikum yang dikenal sebagai Shangshan, yang berasal dari hilir Sungai Yangtze, jalur air terpanjang di China. Budi daya padi dianggap lahir di situs Shangshan tersebut.
Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE. [Xinhua]