Orang-orang bersantai di Pantai Daytona di Florida, Amerika Serikat, pada 7 September 2020. (Xinhua/Alan Chin)
Untuk para penyintas COVID-19, tingkat depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri tercatat lebih tinggi dibandingkan kelompok populasi lainnya.
NEW YORK CITY, 17 Oktober (Xinhua) — Tidak adanya klinik Long Covid, atau penyakit COVID-19 yang berkepanjangan, di Florida tengah, Amerika Serikat (AS), berarti bahwa para pasien terpaksa berkompromi dengan perjalanan panjang ke klinik-klinik COVID-19 di seluruh negara bagian tersebut dan bahkan dengan daftar tunggu yang lebih lama, seperti dilaporkan Spectrum News pada Minggu (16/10).
“Klinik COVID-19 yang letaknya jauh, seperti klinik kami misalnya, dibanjiri pasien,” kata Irene Estores, seorang dokter yang mengelola sebuah klinik Long COVID di negara bagian itu. “Para pasien harus menunggu.”
“Bagi sebagian orang, mengunjungi klinik Long COVID hanya dilakukan setelah berulang kali upaya sia-sia untuk menemukan perawatan di tempat lain,” ungkap laporan tersebut.
Banyak pasien Long COVID bergumul dengan kesehatan mental mereka, papar laporan itu. Para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington St. Louis menemukan bahwa untuk para penyintas COVID-19, tingkat depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri tercatat lebih tinggi dibandingkan kelompok populasi lainnya.
Diperkirakan sebesar 7,5 persen orang dewasa di AS menderita kondisi pasca-COVID-19 yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Terlepas dari kepentingan publik yang luas dengan isu ini, efektivitas perawatan untuk kondisi tersebut berbeda-beda bagi tiap orang, dan tidak tersedia secara luas, tambah laporan itu. [Xinhua]