TIANJIN, Acara penutupan dan penganugerahan Kompetisi Film Mahasiswa “Belajar tentang Laut” China-ASEAN 2021 (2021 China-ASEAN “Learning about Ocean” Student Film Competition/SFC) sukses digelar secara daring pada Senin (20/12). Acara tersebut diikuti hampir 200 orang perwakilan dari perguruan tinggi China, Indonesia, Malaysia, Thailand dan negara-negara serta wilayah lainnya.
Kompetisi ini digelar bagi para mahasiswa dari China dan negara-negara ASEAN, dengan mengusung tema “Perlindungan Lingkungan Laut”, dan konten film para peserta meliputi plastik mikro di laut, netralisasi karbon dan sejumlah topik popular lain. Sejak dimulai pada Hari Laut Sedunia 8 Juni 2021 lalu, kompetisi ini menarik hampir 1.000 peserta dari 41 perguruan tinggi di tujuh negara, termasuk China dan Indonesia, serta jumlah film dan peserta tercatat melampaui SFC sebelumnya. Pihak penyelenggara mengumumkan bahwa terdapat 359 film yang memenuhi syarat kompetisi, hingga akhirnya 10 peserta mendapat juara pertama, 20 peserta mendapat juara kedua, sementara 40 peserta mendapat juara umum.
Wakil Rektor Universitas Tianjin Tan Xin menyatakan bahwa Universitas Tianjin dan ASEAN memiliki pondasi kerja sama yang sangat kokoh. Sejak berdirinya Pusat Laut Pintar China-ASEAN (China-ASEAN Smart Ocean Center), kerja sama pragmatis Universitas Tianjin dan perguruan tinggi negara-negara ASEAN berjalan baik berkat dukungan dari Jaringan untuk Kerja Sama dan Pertukaran Insinyur dan Universitas Teknologi China-ASEAN (China-ASEAN Network for Cooperation and Exchanges among Engineering and Technology Universities/ACNET-EngTech) bersama Fakultas Ilmu dan Teknologi Kemaritiman Universitas Tianjin, yang telah membuahkan hasil signifikan dalam mendorong keterbukaan di bidang pendidikan ilmu kemaritiman, meningkatkan suplai produk publik pendidikan internasional dan mengembangkan merek terkemuka di bidang pertukaran kemanusiaan China-ASEAN dan bidang lainnya.
Menurut Akademisi di Akademi Insinyur China sekaligus Direktur Komite Akademi Pusat Laut Pintar China-ASEAN Pan Delu, kompetisi ini menjadi platform penting bagi mahasiswa China dan ASEAN untuk menunjukkan kesadaran mereka tentang perlindungan ekologi kelautan dan aksi mereka untuk ikut dalam pembangunan laut. Dia menyampaikan harapannya agar para mahasiswa dapat secara lebih luas dan mendalam memahami dan menghormati laut, membangun kelautan dalam pertukaran yang positif dan memberi kontribusi lebih besar untuk pembangunan komunitas kemaritiman China-ASEAN dengan masa depan bersama.
Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk China Yaya Sutarya dalam pidatonya mengatakan bahwa kompetisi seperti ini pasti akan meningkatkan pertukaran orang ke orang di negara-negara anggota ASEAN.
Kepala Asosiasi Alumni Perguruan Tinggi China di Malaysia Chek Lim Bock, Direktur Jenderal Institut Pendidikan dan Perguruan China Internasional yang berada di bawah naungan Akademi Kerajaan Kamboja Vuth Sophakna turut berpidato tentang pertukaran orang ke orang, pendidikan tenaga kerja China-ASEAN dan lain sebagainya, sembari menyatakan dukungannya untuk melakukan kerja sama perguruan tinggi China-ASEAN serta membangun mekanisme pertukaran pendidikan yang lebih berlapis dengan berbagai jenis saluran.
Loh Xiu Yu, mahasiswa Malaysia yang berkuliah di Universitas Tianjin, Indah Aqnaita Tidar Yasmin Zein dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan mahasiswa Universitas Zhejiang China Wang Yichao berpidato mewakili masing-masing tim pemenang. Mereka berpendapat bahwa laut merupakan tempat lahirnya kehidupan, tempat kekayaan sumber daya dan “fondasi mengalir” bagi perkembangan sosial manusia secara berkelanjutan. Pada kompetisi kali ini, mereka mendapat banyak pengetahuan baru dan lebih mengenal laut.
Kompetisi ini telah digelar selama dua kali berturut-turut, serta diselenggarakan oleh Pusat Laut Cerdas China-ASEAN bersama dengan Institut Pembangunan Laut Berkelanjutan Fujian, dan didukung oleh usat China-ASEAN dan Museum Maritim Nasional China. [Xinhua]