Menggunakan wayang yang terbuat dari limbah karton, Paman Sam menceritakan kisah tentang banyaknya ancaman terhadap warisan alam Indonesia, terutama satwa yang berpotensi punah tanpa adanya bantuan mendesak.
JAKARTA, Samsudin, atau “Paman Sam”, adalah seorang pria yang mengemban sebuah misi. Tujuh tahun lalu, Sam meninggalkan pekerjaannya sebagai guru untuk melakukan perjalanan dan menjadi pendongeng purnawaktu.
Sejak saat itu, dia telah menjelajahi seluruh Indonesia, mendorong anak-anak untuk meningkatkan kesadaran tentang dunia di sekitar mereka dan melakukan apa yang mereka bisa lakukan demi melindungi keanekaragaman hayati negara ini yang begitu kaya.
Menggunakan wayang yang terbuat dari limbah karton, Paman Sam menceritakan kisah tentang banyaknya ancaman terhadap warisan alam Indonesia, terutama satwa yang berpotensi punah tanpa adanya bantuan mendesak.
“Habitat bagi satwa liar di Indonesia terancam. Anak-anak perlu tahu soal itu,” kata Sam kepada Xinhua pada Senin (15/11).
Bagi anak-anak, kisah-kisah itu lucu atau bijak. Namun di kehidupan nyata, tokoh-tokoh hewan itu benar-benar dalam bahaya seiring aktivitas manusia yang kian menjauhkan mereka dari habitatnya. Karakter utama cerita Sam adalah seekor badak, hewan yang sangat terancam punah di pulau Jawa dan Sumatra. Terkadang, dia naik ke panggung dalam balutan kostum badak. Dia juga menggunakan karakter hewan lainnya seperti harimau Sumatra, gajah, dan orang utan untuk mendongeng.
Paman Sam adalah sosok yang unik di antara pendongeng lainnya di Indonesia, kata Efi Fatary, yang kerap mengundang Paman Sam untuk mengunjungi perumahan besar di Jakarta Selatan. “Dia menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami anak-anak,” ujarnya.
Pada 2016, Sam bersepeda dari Jawa menuju Banda Aceh. Perjalanan selama lima bulan itu menghapus segala keraguannya tentang urgensi dari situasi yang ada. Negara kepulauan ini telah kehilangan cakupan pohon seluas 300.000 km persegi dalam 20 tahun terakhir, lebih luas dari Negara Bagian Texas di Amerika Serikat.
Ketika gempa mengguncang Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada 2018 lalu, Sam datang untuk mendongeng kepada anak-anak di kamp-kamp pengungsian. Di tengah pandemi COVID-19, dia terus mendongeng via media sosial. Kini, Sam ingin membagikan pesannya kepada seluruh dunia.
“Suara anak-anak harus didengar dalam upaya global menyelamatkan hutan dan habitat lainnya,” tutur Paman Sam. Selesai