VIENTIANE – Seiring pembangunan Jalur Kereta Api China-Laos yang hampir rampung, orang-orang tidak hanya terkesan dengan mega proyek infrastruktur tersebut, tetapi juga kisah cinta indah yang terjalin sejalan dengan proses pembangunan jalur kereta api tersebut.
Pada 20 Mei 2018, upacara pertunangan diadakan antara Xiong Yinghao, seorang insinyur asal China berusia 32 tahun di China Railway No. 2 Engineering Group (CREC-2), dan koleganya, Manichanh Duangmany, wanita asal Laos berusia 27 tahun yang bekerja sebagai penerjemah.
Mereka adalah pasangan lintas perbatasan pertama yang bekerja untuk Jalur Kereta Api China-Laos yang kemudian bertunangan.
Sebuah upacara tradisional Laos diadakan di desa Manichanh di ibu kota Vietnam, Vientiane. Di tengah limpahan berkat dari penduduk desa dan para kolega, mereka saling menyuapi ketan, sementara warga desa memasangkan gelang tali di pergelangan tangan keduanya untuk mengekspresikan doa terbaik sesuai tradisi Laos.
Pasangan itu kini telah menjadi orang tua dari seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun dan seorang anak perempuan berusia enam bulan.
“Proyek kami (Jalur Kereta China-Laos) hampir selesai, dan banyak hal yang harus dilakukan. Putra dan putri saya tinggal bersama istri saya di kampung halaman saya di Sichuan (China barat daya),” kata Xiong kepada Xinhua baru-baru ini. Xiong sendiri masih sibuk bekerja di lokasi konstruksi di Laos.
“Saya belum pernah bertemu putri saya sejak dia lahir karena pandemi COVID-19. Saya menantikan naik kereta untuk pulang, lebih cepat lebih baik,” tuturnya.
Xiong dan Manichanh adalah salah satu pasangan yang menemukan belahan jiwa mereka ketika bekerja untuk proyek Jalur Kereta Api China-Laos, yang mulai dibangun pada Desember 2016.
Jiang Cong, seorang insinyur asal China di China Railway Wuhan Electrification Engineering Group Co., Ltd., yang bergabung dengan proyek tersebut pada Februari 2020, mengunggah informasi rekrutmen penerjemah bahasa setempat di platform media sosial Laos. Khou Vang, yang kala itu sedang belajar di Universitas Nasional Laos, menghubungi Jiang.
Tertarik dengan budaya China, Khou memberikan nama China untuk dirinya sendiri, Wang Ru, dan belajar bahasa Mandarin di universitas.
Keduanya saling jatuh cinta dan memulai hubungan jarak jauh selama tujuh bulan.
Pada awalnya orang tua Khou tidak menyetujui hubungan putri mereka dengan Jiang karena mereka merasa China terlalu jauh dan akan sulit untuk bertemu putri mereka jika dia menikah dengan pria asing.
“Dengan jalur kereta (China-Laos) yang sedang dibangun Jiang, hanya butuh tiga jam perjalanan dari Vientiane ke perbatasan Laos-China, dan perjalanan tidak lagi menjadi sulit,” jelas Khou kepada orang tuanya. Mereka akhirnya memberi restu untuk sang putri dan juga memutuskan untuk mulai belajar bahasa Mandarin.
Jiang dan Khou menikah pada September 2020 dan kini mereka dikaruniai seorang bayi yang manis. Orang tua Khou menantikan pembukaan awal jalur kereta api itu, sehingga “lalu lintas akan sangat nyaman dan kemudian kami akan pergi ke China untuk mengunjungi putri dan cucu laki-laki kami.”
Jalur Kereta Api China-Laos adalah proyek kolaborasi antara Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang diusulkan China dan strategi Laos untuk bertransformasi dari negara yang terkurung daratan menjadi sebuah pusat yang terhubung oleh daratan.
Jalur kereta penumpang dan kargo bertenaga listrik tersebut dibangun dengan penerapan penuh standar manajemen dan teknis China. Pembangunan proyeknya dimulai pada Desember 2016 dan dijadwalkan rampung serta dibuka untuk lalu lintas pada Desember 2021 mendatang.
Yuan Zhixiang, seorang insinyur China yang lulus dari universitas pada 2017 dan bekerja di CREC-5 di Nateuy, sebuah kota pegunungan sekitar 400 km sebelah utara Vientiane, menikah dengan seorang wanita setempat dan menetap di Laos.
Tahun 2019, putri pertama pasangan itu lahir di Provinsi Yunnan, China barat daya. Yuan menamai putrinya “Siyi”, yang dalam bahasa Mandarin berarti “mengenang persahabatan (antara China dan Laos)”.
“Saya belum pernah kembali ke China karena ketidaknyamanan akibat pandemi. Setelah lama tinggal di Laos, saya semakin mengenal negara ini dengan lebih baik. Ada banyak hal yang ingin kami lakukan setelah jalur kereta apinya selesai,” tuturnya.
Pada 18 Oktober, pasangan itu menyambut kelahiran putri kedua mereka.
Ketika ditanya tentang nama bayi keduanya, Yuan tak dapat menahan senyumnya dan mengatakan namanya adalah “Si’an”, yang berarti “berharap untuk kesehatan”. “Saya berharap pandemi segera berakhir, dan menyampaikan harapan terbaik saya untuk kedua negara,” tuturnya. [Oleh Chanthaphaphone Mixayboua, Zhang Jianhua / Xinhua]