CHENGDU, Pada Kamis (26/9), program studi banding (benchmarking) kepala desa keempat, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar China di Republik Indonesia (RI) dan diorganisasikan oleh Pusat Layanan Pertukaran Internasional Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China, mengunjungi dan mempelajari daerah-daerah pedesaan di Kota Pengzhou, Chengdu, untuk mempelajari pengalaman dan praktik pengentasan kemiskinan China di desa-desa di sekitar Chengdu.
Rombongan kepala desa dari Indonesia berpose untuk berfoto bersama di Kota Pengzhou. (Foto disediakan oleh narasumber)
Pengzhou terletak di barat laut Dataran Chengdu, dengan total area seluas 1.421 km persegi dan 789.100 penduduk, termasuk 422.900 penduduk desa. Rombongan kepala desa dari Indonesia berkunjung ke Chengdu Pengzhou Rural Investment Development Co., Ltd. dalam rangka pertukaran. Pertama, mereka mengunjungi Museum Sayuran China untuk mempelajari tentang sejarah, budaya, dan perkembangan industri sayuran China, serta budaya pola makan sehat dengan sayur-mayur. Kemudian, mereka mempelajari praktik pengembangan industri sayuran dan peningkatan pendapatan petani di Kota Pengzhou.
Rombongan kepala desa dari Indonesia mengunjungi industri sayuran di pedesaan di Kota Pengzhou, Chengdu. (Foto disediakan oleh narasumber)
Selanjutnya, rombongan kepala desa dari Indonesia mengunjungi dan meninjau lokakarya budi daya di basis pemuliaan regional tingkat nasional untuk benih berkualitas tinggi yang terletak di Kota Pengzhou, Chengdu, untuk bertukar teknik budi daya dan pembibitan sayuran.
Rombongan kepala desa dari Indonesia berfoto di perkebunan jeruk di wilayah Pujiang, Chengdu. (Xinhua/Dong Xiaohong)
Laode Rahmapo, kepala desa dari Indonesia, mengatakan bahwa kunjungannya belum lama ini ke pedesaan dan pembelajarannya di Chengdu meninggalkan kesan mendalam baginya, terutama di area pedesaan sekitarnya tempat pemerintah daerah aktif mengembangkan industri dan membantu warga desa meningkatkan pendapatan mereka. Misalnya, di pedesaan di sekitar Chengdu, perusahaan pertanian profesional dapat diajak untuk mengumpulkan buah-buahan yang ditanam warga desa dan menyimpannya di ruang pendingin, yang dapat menstabilkan harga pasar. “Pedesaan di Indonesia perlu belajar dari China dan membantu para petani menstabilkan harga panen,” katanya.
Menurut Laode, kunjungannya selama dua hari terakhir mengajarkannya banyak hal, dan dia melihat pedesaan China membantu petani memperkaya sumber pendapatan mereka, yang sangat membantu warga desa. “Terdapat sekitar 3.200 orang di desa saya di Indonesia, dan ada sekitar 150 orang miskin. Sekembalinya ke Indonesia, saya juga akan menjajaki dan mempraktikkan pengalaman yang saya petik,” ujarnya.
Kepala desa dari Indonesia mempelajari teknik penanaman jeruk di perdesaan Chengdu. (Xinhua/Dong Xiaohong)
Seorang kepala desa lainnya dari Indonesia, Anuar Sadat, memuji perkembangan industri terkemuka di daerah-daerah perdesaan di sekitar Chengdu. “Kemarin, saya mengunjungi wilayah Pujiang yang seluruh (area) desanya ditanami jeruk bernama ‘pa pa gan’, yang sangat luar biasa dan mudah untuk membangun reputasinya di luar, mendorong peningkatan pendapatan di seluruh desa. Daerah pedesaan Pengzhou juga memiliki industri sayuran, dan model industri dominan yang menggerakkan perkembangan desa ini sangatlah bagus dan layak dipelajari!” kata Anuar.
Anuar Sadat sedang menjalani wawancara dengan reporter. (Xinhua/Dong Xiaohong)
Dilaporkan bahwa program pelatihan ini berfokus pada berbagi pengalaman di bidang pertanian dan pengembangan perdesaan serta pengentasan kemiskinan. Hampir 20 perwakilan pejabat pemerintah dan kepala desa dari Indonesia akan mengikuti pelatihan selama 10 hari, inspeksi, dan program pertukaran di Beijing dan Sichuan. Para perwakilan kepala desa untuk program pelatihan ini diseleksi dari 75.000 desa di Indonesia. [Xinhua]