Sebuah rute kunjungan baru telah diluncurkan di candi Bayon yang terletak di Taman Arkeologi Angkor di Provinsi Siem Reap, Kamboja barat laut, untuk memastikan arus wisatawan yang lebih baik dan menghindari keramaian pada jam sibuk.
PHNOM PENH, Otoritas Nasional APSARA (APSARA National Authority/ANA) Kamboja telah meluncurkan sebuah rute kunjungan baru di candi Bayon yang terletak di Taman Arkeologi Angkor di Provinsi Siem Reap, Kamboja barat laut, demikian disampaikan otoritas tersebut dalam sebuah pernyataan, pada Selasa (18/1).
Rute kunjungan baru di candi Bayon, salah satu candi populer di kompleks Taman Arkeologi Angkor, bertujuan untuk memastikan arus wisatawan yang lebih baik dan menghindari keramaian pada jam sibuk, lanjut pernyataan itu.
“Rute baru di candi Bayon diluncurkan untuk mengatur arus pengunjung yang melewati candi tersebut serta menghindari keramaian selama kunjungan,” kata Seng Sotheara, Wakil Direktur Departemen Pengembangan Pariwisata Angkor ANA.
“Rute itu juga bertujuan untuk membuat para wisatawan lebih menghargai candi, seperti sejarah patung-patung di semua galeri, dan menjaga jarak aman bagi para wisatawan selama COVID-19 masih ada di sekitar kita, sehingga kita dapat mengurangi risiko secara signifikan sesuai dengan panduan Kementerian Kesehatan,” tambahnya.
Rute baru ini menawarkan tiga opsi, tutur Sotheara, seraya menambahkan bahwa opsi pertama berlangsung selama 1 jam 45 menit, opsi kedua 55 menit dan opsi ketiga 45 menit.
Selain itu, rute kunjungan baru tersebut juga dilengkapi dengan berbagai spot foto bagi para wisatawan yang ingin berswafoto dengan pemandangan istimewa, ujarnya seraya menambahkan bahwa ANA juga telah menyiapkan papan informasi baru dalam tiga bahasa, yaitu Khmer, Inggris, dan Mandarin.
Menurut Sotheara, di masa lalu, ANA sudah menggelar rute kunjungan semacam itu di candi-candi lain seperti Angkor Wat, Ta Prohm, dan Banteay Srei.
Taman Arkeologi Angkor seluas 401 kilometer persegi, yang tercantum dalam Daftar Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 1992, merupakan destinasi wisata paling populer di negara Asia Tenggara itu.
Objek wisata tersebut menerima hingga 2,2 juta wisatawan mancanegara pada 2019, menghasilkan pendapatan kotor sebesar 99 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.325) dari penjualan tiket.
Namun, selama pandemi, situs kuno itu hanya menyambut 12.873 wisatawan asing pada 2021, turun 96,8 persen secara tahunan, ungkap Angkor Enterprise, seraya menambahkan bahwa pihaknya memperoleh pendapatan kotor 528.121 dolar AS dari penjualan tiket tahun lalu, juga turun 97 persen. [Xinhua]