Seorang pria berjalan keluar dari sebuah supermarket di Washington DC, Amerika Serikat, pada 14 Juni 2022. (Xinhua/Ting Shen)
Sebanyak 57 persen ekonom percaya bahwa ketegangan geopolitik dan kenaikan biaya energi akan menjadi pendorong utama inflasi tahun depan, sementara 14 persen meyakini bahwa gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan akan menjadi pendorong utama inflasi.
NEW YORK CITY, 16 Juni (Xinhua) — Hampir tujuh dari 10 ekonom yakin akan ada resesi di Amerika Serikat (AS) tahun depan di tengah ketegangan geopolitik dan lonjakan inflasi, ungkap Newsweek pada Selasa (14/6) mengutip jajak pendapat baru.
Menurut Investopedia, resesi adalah penurunan signifikan di semua sektor perekonomian yang berlangsung setidaknya beberapa bulan. Sebuah negara yang telah menunjukkan penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut biasanya dianggap berada dalam resesi.
Jajak pendapat tersebut, yang dilakukan oleh Financial Times dan Booth School of Business Universitas Chicago, menunjukkan bahwa “meningkatnya berbagai tantangan seperti perang Ukraina dan inflasi dapat menyebabkan perekonomian AS menuju resesi.”
Dua persen dari 47 ekonom yang berpartisipasi percaya bahwa resesi akan dimulai pada kuartal terakhir 2022 atau lebih awal. Namun, 38 persen yakin resesi akan dimulai pada paruh pertama 2023 dan 30 persen yakin akan dimulai pada paruh kedua tahun depan.
Sebanyak 57 persen ekonom percaya bahwa ketegangan geopolitik dan kenaikan biaya energi akan menjadi pendorong utama inflasi tahun depan, sementara 14 persen meyakini bahwa gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan akan menjadi pendorong utama inflasi. [Xinhua]