BAGHDAD – Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Jumat (30/7) memerintahkan pembukaan kembali Museum Irak di Baghdad, setelah sekitar 17.000 artefak yang dijarah dikembalikan dari Amerika Serikat (AS).
“Dengan kembalinya 17.000 artefak Irak … saya memerintahkan pembukaan kembali Museum Irak untuk umum dan peneliti,” cuit al-Kadhimi di akun Twitter resminya.
Pada Rabu (28/7), Menteri Kebudayaan, Pariwisata, dan Kepurbakalaan Irak Hassan Nadhim menyampaikan melalui sebuah pernyataan bahwa sejumlah batu tulis yang diperoleh kembali itu berasal dari 4.500 tahun silam dan memuat inskripsi dalam tulisan paku (cuneiform) yang mendokumentasikan pertukaran perdagangan selama peradaban Sumeria.
Pada Kamis (29/7), al-Kadhimi dan delegasinya kembali ke Baghdad setelah beberapa hari berkunjung ke AS dan membawa pulang 17.000 artefak.
Statistik resmi mencatat sekitar 15.000 benda peninggalan budaya dari periode Zaman Batu, Babilonia, Asyur, dan Islam telah dicuri atau dihancurkan penjarah setelah rezim Saddam Hussein digulingkan oleh pasukan pimpinan AS pada 2003 lalu.
Museum Mosul dan kota-kota kuno Hatra dan Nimrud juga telah dirusak, dan sejumlah besar barang antik diselundupkan setelah militan ISIS menguasai wilayah-wilayah besar di Irak utara dan barat pada 2014.
Lebih dari 10.000 situs di Irak secara resmi telah diakui sebagai situs arkeologi, namun kebanyakan dari situs tersebut tidak dijaga dan banyak yang masih dijarah. [Xinhua]