KATHMANDU – Ribuan orang berkumpul di Bode, kota kuno Newar di Nepal, pada Kamis (15/4) untuk merayakan festival menindik (piercing) lidah yang populer. Bode terletak di sudut timur Lembah Kathmandu. Festival menindik lidah jatuh pada hari kedua Tahun Baru Nepal.
Budha Krishna Baga Shrestha kembali melakukan ritual tersebut pada festival tahun ini. Dia menindik lidahnya dengan tusukan logam untuk melestarikan tradisi itu.
BUDHA KRISHNA BAGA SHRESTHA, Peserta: “Ini kali kedelapan saya menindik lidah, saya sudah ditindik tujuh kali.”
Beberapa ahli medis mengatakan menindik lidah dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi. Namun Shrestha, yang lidahnya ditindik, mengatakan motivasi itu berasal dari keyakinannya dan dia tidak mengalami masalah apa pun sejauh ini.
“Ayah dan saudara laki-laki saya sudah menindik lidahnya sebelum saya, dan Juju Bhai juga melakukannya sebelum itu. Menindik lidah bukan masalah sepele, ini masalah besar, tetapi guru saya (guru spiritual) mengatakan kita harus melestarikan budaya kita. Saya tidak bisa mengonsumsi apa pun selama dua hari, saya hanya meminum air, tetapi ini tidak terasa berat. Saya pikir ini karena kekuatan (dari) dewa.”
Asal mula ritual tersebut didasarkan pada kisah roh jahat yang mengganggu penduduk Bode lebih dari 1.600 tahun yang lalu. Menurut legenda, seorang tokoh spiritual menangkap roh jahat melalui tantra, atau teks Hindu dan Buddha kuno, dan menahannya selama beberapa hari. Roh itu dibebaskan setelah lidahnya ditindik sebagai hukuman dan bersumpah untuk melindungi para penduduk desa dari bencana. Sejak saat itu, ritual tersebut diyakini dilakukan setiap tahun.
Tahun lalu, festival menindik lidah tidak dapat digelar karena pandemi COVID-19. Tahun ini, pemerintah Nepal juga mendorong masyarakat untuk membatasi kerumunan karena kekhawatiran akan gelombang kedua COVID-19.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kathmandu. (XHTV)