Para pekerja akademis melakukan aksi unjuk rasa di University of California Los Angeles (UCLA) di Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), pada 28 Mei 2024. (Xinhua/Zeng Hui)
Julio Frenk akan menjadi warga Hispanik atau Latin pertama yang memimpin kampus elite di Los Angeles tersebut dalam 105 tahun sejarahnya. Dia akan menggantikan Gene Block, yang menuai kritik atas responsnya terkait aksi unjuk rasa pro-Palestina di kampus tersebut.
LOS ANGELES, 13 Juni (Xinhua) — University of California Los Angeles (UCLA) pada Rabu (12/6) mengumumkan bahwa pihaknya telah menunjuk kanselir baru untuk universitas negeri berperingkat pertama di Amerika Serikat (AS) itu, menyusul gejolak di kampus itu terkait unjuk rasa pro-Palestina.
Julio Frenk, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Universitas Miami, akan mulai menjalankan jabatannya sebagai kanselir ketujuh kampus tersebut pada 1 Januari 2025 mendatang, seperti diumumkan oleh UCLA dalam sebuah pernyataan.
Frenk akan menjadi warga Hispanik atau Latin pertama yang memimpin kampus elite di Los Angeles tersebut dalam 105 tahun sejarahnya. Penunjukan itu menandai puncak dari seleksi internasional selama tujuh bulan oleh komite beranggotakan 17 orang yang meliputi Presiden University of California (UC) Michael Drake, para dekan UC dan perwakilan dosen, staf, mahasiswa, alumni, dan yayasan UCLA.
Frenk, warga AS yang berasal dari Meksiko, merupakan seorang peneliti kesehatan masyarakat global terkemuka, menurut pernyataan itu.
Sejak 2015, Frenk telah memimpin Universitas Miami, sebuah lembaga swasta yang memiliki lebih dari 17.000 mahasiswa. Sebelumnya, dia pernah menjabat sebagai dekan T.H. Chan School of Public Health di Harvard dan menteri kesehatan nasional Meksiko.
Frenk akan menggantikan Gene Block, yang menjabat sebagai kanselir UCLA selama 17 tahun. Block menuai kritik atas responsnya terkait aksi unjuk rasa pro-Palestina di kampus tersebut.
“Pada saat momen krusial bagi pendidikan tinggi ini, kembali ke sektor publik untuk memimpin salah satu universitas riset terbaik di dunia … merupakan peluang yang menarik sekaligus kehormatan besar bagi saya,” tutur Frenk dalam pernyataannya.
“Saya kira kita sedang berada pada momen yang sangat penting dalam pendidikan tinggi. Terjadi penurunan kepercayaan terhadap lembaga secara umum, termasuk lembaga pendidikan tinggi,” kata Frenk, sembari menyatakan bahwa “Tantangan terbesar bagi kita adalah untuk menegaskan kembali nilai kita kepada masyarakat, kita harus terus mendapatkan kepercayaan itu. Namun, peluangnya sangat besar.”
Penunjukan Frenk terjadi kurang dari dua hari usai 25 pengunjuk rasa pro-Palestina ditahan oleh kepolisian di UCLA. Para pengunjuk rasa kembali ke kampus UCLA dan bentrok dengan polisi pada Senin (10/6) setelah mendirikan perkemahan kampus ketiga dalam beberapa pekan terakhir untuk mendukung warga Palestina di tengah konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.
Lebih dari 200 pengunjuk rasa pro-Palestina ditahan pada 2 Mei saat polisi berupaya membongkar sebuah perkemahan di universitas itu. Pada 23 Mei, sekelompok pengunjuk rasa sempat mendirikan perkemahan kedua di kampus UCLA sebelum polisi mengambil tindakan untuk membubarkan upaya tersebut.
Respons kontroversial UC terhadap unjuk rasa pro-Palestina memicu aksi mogok kerja bergilir saat para tenaga akademis di enam dari 10 kampus dalam sistem UC, termasuk UCLA, meninggalkan pekerjaan mereka.
Pada Jumat (7/6), seorang hakim memerintahkan agar aksi mogok kerja oleh United Auto Workers (UAW) Local 4811, yang mewakili 48.000 tenaga akademis di sistem UC, ditangguhkan usai UC mengajukan gugatan dan meminta putusan ganti rugi (injunctive relief) pada awal pekan lalu terhadap UAW atas pelanggaran kontrak. Dalam pernyataannya, UAW Local 4811 bertekad bahwa serikat itu siap untuk terus memperjuangkan haknya dalam “pertarungan yang panjang.” Selesai