Seorang pria berdoa pada upacara penyalaan lilin di Highland Park, pinggiran Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS), pada 5 Juli 2022. Sejumlah warga mengadakan acara berkabung untuk mengenang para korban insiden penembakan massal saat parade Hari Kemerdekaan AS di pusat kota Highland Park pada 4 Juli lalu. (Xinhua/Joel Lerner)
Kejahatan terus berkecamuk di banyak kota, sedangkan para penduduknya menanggung beban berat yang diperburuk oleh rekor inflasi yang tinggi.
NEW YORK CITY, 21 Juli (Xinhua) — Gelombang kejahatan melanda kota-kota besar di seluruh Amerika Serikat (AS) dua tahun yang lalu di tengah aksi unjuk rasa dan kerusuhan pada musim panas 2020 serta karantina wilayah (lockdown) akibat virus corona yang menjungkirbalikkan kehidupan masyarakat, seperti dilaporkan Fox News pada Selasa (19/7).
“Kejahatan terus berkecamuk di banyak kota, sedangkan para penduduknya menanggung beban berat yang diperburuk oleh rekor inflasi yang tinggi,” papar laporan itu.
“Sebagai masalah faktual murni, sejumlah harga cenderung menjadi lebih tinggi, dengan kualitas layanan dan produk menjadi lebih rendah, di toko-toko di lingkungan berpenghasilan rendah,” tulis ekonom Thomas Sowell dalam sebuah artikel opini.
Sowell mengatakan bahwa banyak “toko ghetto” memberikan harga lebih tinggi karena sejumlah alasan, termasuk karena “kejahatan, pengutilan, vandalisme, dan kerusuhan meningkatkan biaya, baik secara langsung maupun membuat biaya asuransi dan keamanan menjadi lebih tinggi.”
Kata-kata Sowell tersebut terbukti benar dalam beberapa tahun terakhir. Asuransi komersial naik pada 2021 setelah aksi unjuk rasa untuk mendukung George Floyd dan sejumlah kerusuhan musim panas sebelumnya, yang menandai “bencana kekacauan sipil pertama yang menyebabkan kerugian melampaui 1 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.015) bagi industri asuransi,” menurut Forum Ekonomi Dunia.
“Toko-toko yang terdampak di kota-kota AS mengambil langkah-langkah keamanan ekstra dan bahkan memangkas jam operasionalnya guna membantu membendung aksi pengutilan yang merajalela,” tambah Fox News dalam laporannya. [Xinhua]