NANNING, Dalam beberapa tahun terakhir, Zona Percontohan Perdagangan Bebas China (Guangxi) berupaya mengembangkan e-commerce lintas perbatasan dan mencapai keberhasilan yang menonjol. Pada 2021, nilai impor-ekspor e-commerce perbatasan di zona tersebut melampaui 10 miliar yuan (1 yuan = Rp2.162) dan mencapai 10,15 miliar yuan, meningkat 259 persen. Sementara itu, nilainya pada kuartal pertama 2022 sudah mencapai 3,51 miliar yuan, meningkat 108,4 persen secara tahunan.
Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, bertetangga dengan sejumlah negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) baik di daratan maupun laut, serta merupakan daerah terdepan dan “jendela” bagi China untuk bekerja sama dan melakukan pertukaran dengan ASEAN. Zona Percontohan Perdagangan Bebas China (Guangxi) mencakup beberapa subzona yang masing-masing berada di Nanning, Pelabuhan Qinzhou, dan Chongzuo. Sejak didirikan, zona percontohan itu selalu berupaya mengembangkan e-commerce lintas perbatasan.
Kini, semakin banyak perusahaan e-commercelintas perbatasan berbisnis di zona Nanning. Pusat perizinan bea cukai untuk e-commercelintas perbatasan sudah mulai beroperasi di zona Chongzuo, dan zona Pelabuhan Qinzhou sedang sibuk membangun pusat perizinan bea cukai baru untuk e-commerce lintas perbatasan guna lebih mendorong bisnisnya.
Menurut wakil ketua Departemen Perdagangan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Zona Percontohan Perdagangan Bebas China (Guangxi) sudah membentuk saluran logistik utama bagi e-commerce lintas perbatasan untuk negara-negara ASEAN, dan telah membuka airline kargo menuju Jakarta, Bangkok, Manila, Kuala Lumpur, serta Singapura dan sebagainya untuk e-commerce lintas perbatasan dan akan segera membangun “lingkaran komoditas cepat” untuk ASEAN. Sementara itu, Pelabuhan Qinzhou mendirikan jaringan pengangkutan laut yang menghubungkan beberapa pelabuhan utama di kawasan ASEAN. Chongzuo sudah membuka 22 jalan tol logistik lintas perbatasan dan 13 jalur kereta kargo lintas perbatasan, sehingga logistik e-commerce lintas perbatasan itu sudah mencakup seluruh Semenanjung Indo-China.
Guna memfasilitasi perkembangan e-commercelintas perbatasan, zona Nanning memperbarui cara pemantauannya, menciptakan mode pemantauan terpusat “3-in-1” yang meliputi surat internasional, barang dagangan e-commerce, dan ekspres internasional. Dengan cara kerja yang baru, jangka waktu untuk perizinan bea cukai terpangkas menjadi satu jam, dari yang sebelumnya memakan waktu empat jam. Kapasitas pemberian perizinan bea cukai pun meningkat, dari sekitar 500.000 per hari menjadi lebih dari 1 juta per hari.
Sejauh ini, lebih dari 100 perusahaan sudah memilih zona itu untuk mengembangkan bisnisnya, seperti Lazada yang mendirikan pusat inovasi lintas perbatasannya dan Shopee yang membangun pusat logistik lintas perbatasan ASEAN di zona itu. Selain itu, zona tersebut mendorong Lazbao dan berbagai perusahaan lainnya mendirikan gudang luar negeri di Vietnam, Thailand, dan negara-negara ASEAN lainnya. Gudang luar negeri Lazbao di Thailand sudah mencakup 7.000 meter persegi pada 2021 dan direncanakan diperluas menjadi 50.000 meter persegi pada tahun ini.
Dengan memanfaatkan pusat layanan inovasi ekologi lintas perbatasan yang didirikan Lazada, sejumlah perusahaan e-commercelintas perbatasan melakukan kerja sama dengan konsulat jenderal negara-negara ASEAN di kota Nanning, dan mempromosikan barang-barang mereka via live-streaming di Lazada dan TikTok serta berbagai platform lainnya. Mereka pun mencoba gaya live-streaming yang baru dan lebih mendorong perkembangan e-commerce China-ASEAN.
“Live-streaming itu menginspirasi kerja sama China-Malaysia di masa depan, kita bisa melakukan kerja sama serupa dengan pelanggan-pelanggan di berbagai bidang,” kata Azlimi Zakaria, yang menjabat sebagai konsul jenderal Malaysia di Nanning.
Menurut Zakaria, walaupun pandemi COVID-19 masih merebak di seluruh dunia, tetap ada peluang bagi bisnis e-commerce karena orang-orang dapat membeli produk dari semua penjuru dunia tanpa perlu keluar rumah.
“E-commerce lintas perbatasan memainkan peran penting untuk menjaga dan mempererat hubungan perdagangan Vietnam dan China di tengah wabah. Konsumen di kedua negara dapat membeli semakin banyak barang dari luar negeri via platform e-commerce lintas perbatasan. Ini akan sangat mendorong kerja sama ekonomi kita,” demikian disampaikan Do Nam Trung, Konsul Jenderal Vietnam untuk Nanning.
Nilaiimpor-ekspor dari e-commerce lintas perbatasan di Guangxi diperkirakan melampaui 15 miliar yuan pada 2025. Lebih lanjut, Zona Percontohan Perdagangan Bebas Guangxi akan memperbarui kebijakan dan peraturan untuk perkembangan e-commerce lintas perbatasan dan membangun “lingkaran ekologi bisnis elektronik yang bersifat kerja sama dan saling menguntungkan” dan mendorong e-commerce lintas perbatasan di Guangxi mencapai prestasi yang baru. Selesai.