Foto kombo ini menunjukkan bagian-bagian yang terserak dari sebuah patung perunggu yang baru-baru ini digali (kiri) dari lubang pengorbanan No. 8 di situs Reruntuhan Sanxingdui (foto diabadikan oleh jurnalis Xinhua Shen Bohan pada 1 Juni 2022); bagian benda perunggu (tengah) yang ditemukan dari lubang pengorbanan No. 2 pada 1986 (foto diambil pada 15 Juni 2022 dan disediakan oleh Museum Sanxingdui); dan penggabungan kedua bagian tersebut (foto diabadikan oleh Lu Haizi pada 15 Juni 2022), di Provinsi Sichuan, China barat daya. (Xinhua)
CHENGDU, 17 Juni (Xinhua) — Sebuah patung perunggu yang baru-baru ini ditemukan di situs Reruntuhan Sanxingdui yang terkenal berhasil dicocokkan dengan bagian lain dari patung itu setelah terpisah sekitar 3.000 tahun silam, demikian dikonfirmasi tim arkeologi pada Kamis (16/6).
Patung perunggu yang kaya detail tersebut menggambarkan sosok berkepala manusia dan bertubuh ular, dengan mata yang menonjol, taring, dan tanduk. Di atas kepalanya terdapat sebuah zun(wadah anggur kuno) berbentuk terompet dari sinabar, dan sosok itu terhubung oleh kedua tangannya dan alas persegi lei(wadah anggur kuno) berbentuk pasu. Patung itu baru-baru ini ditemukan dari lubang pengorbanan No. 8, tanpa bagian belakang tubuhnya.
Para arkeolog kemudian menemukan bahwa bagian benda perunggu lain, yang digali dari lubang No. 2 pada 1986, ternyata sangat cocok dengan bagian tubuh yang hilang dari patung itu.
Bagian yang tidak lengkap tersebut tampak memakai rok ketat dengan motif awan dan memiliki kaki yang kuat dengan cakar burung yang mencengkeram di atas dua burung.
Para arkeolog berspekulasi bahwa sosok berkepala manusia, bertubuh ular, dan bercakar burung itu diperkirakan adalah patung dewa.
Foto yang diabadikan pada 16 Juni 2022 ini menunjukkan bagian dari sebuah patung perunggu yang berhasil dicocokkan yang menggambarkan sosok berkepala manusia, bertubuh ular, dan bercakar burung. (Xinhua/Xiao Lin)
“Keberhasilan mencocokkan relik budaya dari lubang-lubang yang berbeda ini mengonfirmasi spekulasi para arkeolog sebelumnya. Ini juga sangat penting untuk pekerjaan restorasi relik budaya selanjutnya di situs tersebut. Kami berharap lebih banyak lagi benda perunggu yang ditemukan di sini dapat disatukan kembali,” kata Ran Honglin, seorang pejabat di Institut Penelitian Arkeologi dan Peninggalan Budaya Provinsi Sichuan.
Perpaduan kedua bagian tersebut juga menunjukkan bahwa kedua lubang itu dibuat pada saat yang bersamaan, dan benda perunggu itu dipisahkan sebelum dikubur. Informasi ini sangat berharga untuk memahami hubungan kronologis dari setiap lubang pengorbanan, alasan penghancuran benda peninggalan budaya, dan latar belakang sosial saat itu, tambah Ran.
Ditemukan pertama kali pada akhir 1920-an, Reruntuhan Sanxingdui dijuluki sebagai salah satu temuan arkeologis terbesar di dunia pada abad ke-20.
Terletak di Kota Guanghan, Provinsi Sichuan, China barat daya, reruntuhan yang mencakup area seluas 12 km persegi tersebut diyakini sebagai sisa-sisa Kerajaan Shu, yang berasal dari sekitar 4.500 hingga 3.000 tahun silam.
Sebelumnya pada 1986, para arkeolog menemukan ribuan peninggalan budaya berharga di lubang No. 1 dan No. 2, termasuk di antaranya tongkat emas dan pohon suci perunggu, yang menarik perhatian dunia. Tim gabungan arkeolog telah melakukan penggalian enam lubang pengorbanan lainnya di situs ini sejak 2020.
Sejauh ini, lebih dari 50.000 benda perunggu, giok, emas, tembikar, dan artefak gading ditemukan di situs tersebut. [Xinhua]