CHANGCHUN, Sebuah tim gabungan peneliti China dan asing yang dipimpin oleh Universitas Jilin menemukan bahwa penduduk paling awal di Daerah Otonom Uighur Xinjiang di China barat laut memiliki asal-usul genomik yang dapat ditelusuri hingga sekitar 9.000 tahun silam.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengidentifikasi populasi lokal yang terisolasi secara genetik yang terdapat di area luas di bagian tengah dan timur stepa Eurasia sekitar 9.000 tahun silam.
Penemuan tersebut didasarkan pada data genomik yang dikumpulkan dari lima mumi yang ditemukan di Cekungan Junggar Xinjiang dan 13 mumi lainnya milik budaya Xiaohe di Cekungan Tarim. Kedua kelompok mumi itu merupakan sisa-sisa manusia paling awal yang diketahui dari bagian utara dan selatan Xinjiang, menurut tim tersebut.
Mumi Tarim dari situs Xiaohe menunjukkan bukti kuat adanya protein susu dalam kalkulus gigi mereka, menunjukkan ketergantungan pada penggembalaan ternak penghasil susu di situs tersebut sejak penghuni pertama tiba.
Budaya Xiaohe dikenal secara global karena sebuah mumi wanita yang diawetkan secara alami yang ditemukan di Gurun Taklimakan di Cekungan Tarim, yang dijuluki “Putri Xiaohe”. Beberapa ciri pada wajahnya menyerupai orang Barat, termasuk tulang pipi yang tinggi, dan membuat banyak orang bertanya-tanya apakah nenek moyang penduduk awal Xinjiang adalah pendatang.
Penelitian tersebut belum lama ini dipublikasikan secara daring di jurnal Nature. [Xinhua]