SINGAPURA – Singapura menyambut baik minat China untuk memperdalam kerja sama ekonomi dengan negara-negara Asia Pasifik, tutur Menteri Luar Negeri (Menlu) Singapura Vivian Balakrishnan, setelah China mengumumkan dalam pertemuan “dua sesi” tahunannya pada bulan ini bahwa negara tersebut akan terus membuka diri.
Balakrishnan menyampaikan pernyataan itu dalam wawancara tertulis baru-baru ini dengan Xinhua sebelum bertolak ke China dalam lawatan kenegaraan.
POTENSI PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Singapura dapat “memainkan peran kunci” dalam “sirkulasi eksternal” dari strategi ekonomi sirkulasi ganda yang diterapkan China, menurut Balakrishnan.
Singapura menjadi investor asing terbesar di China selama tujuh tahun terakhir, tuturnya. Dia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan Singapura dapat terus memanfaatkan pasar yang luas dan bertumbuh di China, di berbagai bidang yang membuat keahlian Singapura bisa memberikan pelayanan terbaik bagi perekonomian domestik China.
“Dengan hubungan perdagangan dan logistik kami yang kuat dengan China, Singapura bisa menjadi basis bagi perusahaan-perusahaan China untuk menjelajahi kawasan Asia Tenggara maupun kawasan lainnya,” papar Balakrishnan.
Tahun lalu, Singapura dan China merayakan ulang tahun kelima dari Inisiatif Konektivitas China-Singapura (Chongqing), atau China-Singapore (Chongqing) Connectivity Initiative (CCI), proyek antarpemerintah ketiga antara kedua negara.
CCI-Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru (International Land-Sea Trade Corridor/ILSTC), yang menghubungkan Jalur Sutra Maritim Abad 21 dan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra darat yang merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, meningkatkan konektivitas antara China, Singapura, maupun kawasan yang lebih luas, urai Menlu Singapura itu.
Dengan memangkas waktu dan biaya pengangkutan barang antara Chongqing dan Singapura secara signifikan, CCI-ILSTC juga meningkatkan potensi perdagangan dan investasi antara China dan Asia Tenggara, lanjutnya.
Sebagai pusat finansial regional utama, Singapura “memiliki posisi yang baik sebagai gerbang masuk bagi investor China untuk mendapatkan akses ke pasar dan peluang di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), serta menjadi simpul kunci untuk menyalurkan investasi ke China dari berbagai wilayah lain di dunia,” imbuhnya.
Sekitar seperempat dari semua investasi keluar China untuk negara-negara Sabuk dan Jalur Sutra kini mengalir melalui Singapura, yang “menggambarkan relevansi Singapura bagi Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra sebagai pusat finansial untuk kawasan sekitar,” kata Balakrishnan.
HUBUNGAN CHINA-ASEAN
Tahun ini menandai ulang tahun ke-30 hubungan dialog China-ASEAN.
“China merupakan salah satu Mitra Dialog Strategis yang memiliki kerja sama paling substansial dengan ASEAN,” ujar Balakrishnan.
ASEAN menjadi mitra dagang terbesar bagi China pada 2020.
Guna memperdalam hubungan ekonomi, kedua belah pihak saat ini berupaya memperkuat Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ASEAN-China Free Trade Agreement/ACFTA) untuk memastikan kerja sama ekonomi ASEAN-China tetap “sesuai dengan tujuannya” dalam dunia pascapandemi, sebut Balakrishnan.
Pembaruan hubungan ini akan memasukkan prioritas dan peluang baru dari pandemi, seperti antara lain ekonomi digital, kesehatan publik, dan pengurangan kebijakan nontarif, tambahnya.
KERJA SAMA KESEHATAN PUBLIK
Menyinggung soal pandemi COVID-19, Menlu Singapura itu mengatakan bahwa Singapura dan China telah berkomunikasi erat untuk saling berbagi pengalaman dan saling memberikan bantuan satu sama lain sejak wabah COVID-19 merebak.
“Teman di kala susah adalah teman yang sesungguhnya,” tutur Balakrishnan.
Dalam hal ini, kerja sama kesehatan publik dimasukkan sebagai pilar baru dalam agenda Dewan Gabungan untuk Kerja Sama Bilateral (Joint Council for Bilateral Cooperation/JCBC) ke-16 yang diketuai bersama oleh Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat dan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng pada Desember tahun lalu.
Singapura menyambut baik proposal China baru-baru ini soal inisiatif untuk saling mengakui sertifikat kesehatan masing-masing, ucap Balakrishnan. Dia melanjutkan bahwa inisiatif tersebut tepat waktu karena sertifikat kesehatan akan menjadi pendukung penting bagi pembukaan kembali perjalanan lintas perbatasan yang aman seraya melindungi kesehatan publik.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
China mencapai kemajuan besar dalam upaya pengentasan kemiskinannya dengan membebaskan ratusan juta warganya dari belitan kemiskinan dan mencapai target seratus tahunan pertamanya, yakni “masyarakat cukup makmur,” kata Balakrishnan.
“Kami mengucapkan selamat bagi China atas pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia,” tuturnya.
Di masa depan, pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan akan menjadi kian penting, imbuhnya.
Pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan sudah lama menjadi salah satu prioritas kerja sama Singapura dan China. Kota Ekologi Tianjin Sino-Singapura (Sino-Singapore Tianjin Eco-city/SSTEC), salah satu dari tiga proyek antarpemerintah, menjadi contoh yang bagus, ucapnya.
SSTEC menjadi model keberhasilan bagi pembangunan berkelanjutan China sejak 2008, lanjutnya.
“Kami sedang memperdalam kolaborasi di SSTEC dengan mendukung pembangunan berkualitas tinggi di kawasan Beijing-Tianjin-Hebei serta mendorong replikasi pengalaman pembangunan SSTEC ke kota-kota lain di China maupun negara lain di sepanjang Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra,” paparnya.
Singapura dan China mengesahkan Dokumen Bersama tentang Penguatan Kerja Sama Lingkungan di Era Pasca-COVID-19 di JCBC ke-16 pada Desember lalu, ujarnya. Dia menambahkan bahwa kerja sama ini dapat diperluas ke ASEAN mengingat penetapan 2021 sebagai Tahun Kerja Sama Pembangunan Berkelanjutan ASEAN-China. [Xinhua]