WASHINGTON – Beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS) menutup sementara sejumlah pusat vaksinasi setelah sejumlah warga bereaksi negatif terhadap suntikan vaksin Johnson & Johnson.
Sebanyak 18 orang di North Carolina melaporkan efek samping, sementara 11 orang di Colorado bereaksi terhadap suntikan vaksin tersebut dengan beragam gejala, mulai dari pusing, mual, dan pingsan, menurut laporan media.
Georgia adalah negara bagian AS ketiga yang menutup sementara pos vaksinasi menyusul North Carolina dan Colorado, setelah delapan orang menunjukkan reaksi negatif usai menjalani vaksinasi.
Menurut pejabat setempat, satu orang dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk dievaluasi sebelum diizinkan pulang. Tujuh orang lainnya diizinkan pulang setelah dipantau di lokasi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), analisis yang dilakukannya “tidak menemukan masalah keamanan atau alasan apa pun yang dapat menimbulkan kekhawatiran.” Lembaga tersebut menganjurkan agar para penyedia layanan kesehatan melanjutkan penyuntikan vaksin Johnson & Johnson.
Masalah lain yang dihadapi Johnson & Johnson adalah distribusi vaksin. Pasokan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson diperkirakan akan turun 85 persen secara nasional pekan ini usai perusahaan pengembangnya mengalami masalah produksi di sebuah fasilitas di Baltimore, Maryland, menurut data dan pejabat federal.
Sebuah subkontraktor manufaktur di Baltimore mencampur bahan-bahan untuk membuat vaksin COVID-19 Johnson & Johnson dan AstraZeneca, sehingga pengiriman vaksin Johnson & Johnson ke seluruh negeri tertunda.
Pabrik ini dikelola oleh Emergent BioSolutions, mitra produksi Johnson & Johnson sekaligus AstraZeneca. Pejabat federal mengaitkan kesalahan tersebut dengan kesalahan manusia (human error), yang menyebabkan hingga 15 juta dosis vaksin Johnson & Johnson terkontaminasi.
Jeff Zients, koordinator virus corona Gedung Putih, pada Jumat (9/4) mengatakan bahwa perusahaan tersebut masih berupaya untuk mengatasi masalah produksi di Emergent BioSolutions, yang belum disertifikasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS.
Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat di AS pada akhir Februari lalu. Vaksin itu merupakan vaksin COVID-19 ketiga yang disetujui FDA, sekaligus vaksin COVID-19 dosis tunggal pertama yang tersedia di AS.
Hingga Senin (12/4), sekitar 189 juta suntikan vaksin COVID-19 telah diberikan, sementara lebih dari 237 juta dosis vaksin COVID-19 telah didistribusikan di seluruh negeri, menurut data CDC. [Xinhua]