Foto menunjukkan logo Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) 2024 di Lima, Peru, pada 13 November 2024. (Xinhua/Mariana Bazo)
BEIJING, 15 November (Xinhua) — Presiden China Xi Jinping akan menghadiri Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-31 di Lima, Peru, di mana para pemimpin dari seluruh Asia Pasifik akan berkumpul guna memetakan strategi membentuk masa depan kawasan tersebut.
Dalam pertemuan-pertemuan APEC, yang terkenal karena memadukan diskusi ekonomi dengan pertukaran budaya, para pemimpin sering kali mengenakan pakaian daerah saat melakukan “foto keluarga” yang ikonis. Tradisi tanpa dasi ini dipandang sebagai cara untuk mengendurkan formalitas yang biasanya dilakukan dalam pertemuan tingkat tinggi.
Dalam pertemuan tersebut, pernyataan Presiden Xi tidak hanya menunjukkan kemampuan tetapi juga kecerdasannya, yang secara jelas menyampaikan visinya bagi kerja sama Asia-Pasifik. Selama bertahun-tahun, kata-kata dan slogannya yang mendalam memberikan perspektif baru dalam memajukan pertumbuhan regional dan mendorong kolaborasi yang lebih dalam di antara anggota-anggota APEC.
Dalam pertemuan APEC 2016, yang juga digelar di Lima, Xi menggunakan analogi untuk mengibaratkan hubungan antara China dan kawasan Asia Pasifik yang lebih luas, dengan mengibaratkannya sebagai ubi jalar, bahan makanan asli Amerika Latin.
Xi menjelaskan bahwa meski dapat merambat ke segala arah, tanaman ubi jalar tumbuh dari akarnya. “Demikian pula, apa pun level pembangunan yang mungkin dicapainya, China, dengan akarnya di Asia-Pasifik, akan selalu berkontribusi bagi pembangunan dan kemakmuran kawasan tersebut.”
Metafora tersebut bahkan makin sesuai untuk diterapkan saat ini. Sejak bergabung dengan APEC pada 1991, China telah menjadi mitra dagang sekaligus pasar ekspor utama bagi sebagian besar anggota APEC. Menurut Bea Cukai China, perdagangan China dengan perekonomian-perekonomian APEC mencapai titik tertinggi dalam sejarah, tembus 21 triliun yuan (1 yuan = Rp2.193) atau sekitar 2,92 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.873) dalam 10 bulan pertama 2024, menandai peningkatan sebesar 5,7 persen dari tahun sebelumnya dan menyumbang 59,1 persen dari total perdagangan China.
Dalam upayanya untuk meningkatkan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia Pasifik maupun sekitarnya, China telah mengurangi tingkat tarif keseluruhan menjadi 7,3 persen.
“China tidak dapat berkembang secara terpisah dari Asia-Pasifik, sedangkan Asia-Pasifik tidak dapat makmur tanpa China,” kata presiden China itu saat pertama kali menghadiri di pertemuan APEC yang digelar di Bali pada 2013. Dia menyoroti pertumbuhan yang saling bertalian di kawasan tersebut.
Konektivitas menjadi salah satu tema utama dari visi Xi untuk pembangunan Asia-Pasifik. Dia pernah menggunakan sebuah konsep dari pengobatan tradisional China untuk menggambarkan kerja sama APEC: jika alirannya bebas, tidak akan ada rasa sakit; jika ada rasa sakit, berarti alirannya tidak bebas. “Konektivitas membuat arteri ekonomi Asia-Pasifik mengalir lebih lancar,” jelas Xi.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada 2013, Xi mengusulkan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, sebuah komponen penting dari Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI). Xi juga mengajukan serangkaian rencana untuk mendirikan Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank) guna mendukung BRI.
Hingga saat ini, separuh lebih dari 21 perekonomian anggota APEC telah terlibat dalam kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra, dengan proyek-proyek unggulan seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Indonesia dan Pelabuhan Chancay di Peru yang bertujuan untuk membantu memperkuat jaringan perdagangan dan mendorong pertumbuhan di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
“Presiden Xi telah mengajukan serangkaian proposal dan inisiatif untuk mendorong kerja sama regional Asia-Pasifik, dan BRI menjadi inisiatif utama untuk meningkatkan konektivitas komprehensif regional,” ujar Liu Chenyang, direktur pusat kajian APEC di Universitas Nankai yang berbasis di Tianjin, China.
“Upaya-upaya yang dipimpin oleh Presiden Xi tersebut juga telah menunjukkan kepada dunia tekad China untuk mulai bertumbuh di Asia-Pasifik dan memberikan manfaat bagi kawasan tersebut dalam jangka panjang,” ujar Liu. [Xinhua]