Yusuf Rakhmatbekzoda, wakil direktur proyek konstruksi tersebut, mengatakan bahwa pembangunan kedua gedung itu tidak hanya akan memberikan lingkungan perkantoran yang nyaman dan modern bagi pemerintah, tetapi juga akan secara signifikan memperindah lanskap perkotaan ibu kota. “Bangunan-bangunan unik ini akan menjadi simbol persahabatan China-Tajikistan,” ujar Rakhmatbekzoda.
Foto dari udara yang diabadikan pada 9 Oktober 2018 ini memperlihatkan pembangkit listrik Dushanbe No.2 di Tajikistan. (Xinhua/Zhang Ruoxuan)
Pada 2014, kedua negara menandatangani sebuah memorandum untuk membangun Sabuk Ekonomi Jalur Sutra, menjadikan Tajikistan sebagai negara pertama yang melakukannya di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) yang diprakarsai oleh Xi.
Kemitraan BRI China dengan Tajikistan telah menghasilkan beberapa proyek penting yang mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak.
Salah satunya adalah pembangkit listrik Dushanbe No. 2, sebuah program kerja sama bilateral unggulan Sabuk dan Jalur Sutra. Dalam kunjungan pada 2014, kedua presiden menghadiri upacara yang menandai selesainya tahap pertama proyek pembangkit listrik tersebut dan peletakan batu pertama untuk tahap kedua.
Sejak pembangkit listrik itu selesai dibangun pada akhir 2016, lebih dari 700.000 warga di Dushanbe tidak lagi khawatir akan kekurangan listrik sepanjang tahun, khususnya selama bulan-bulan musim dingin.
Dalam beberapa tahun terakhir, BRI juga telah memberikan dorongan bagi perdagangan antara kedua negara. Tahun lalu, perdagangan dua arah China-Tajikistan mencapai 3,9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.384), melonjak 53,5 persen secara tahunan (year on year).
“Tajikistan menyambut baik dan mendukung inisiatif yang sangat bijak ini, yang benar-benar menjawab kebutuhan Tajikistan,” kata Rahmon dalam sebuah wawancara.
BUKU-BUKU KARYA KEDUA PRESIDEN
Pertukaran masyarakat antara China dan Tajikistan memiliki sejarah yang panjang. Melalui Jalur Sutra kuno, nenek moyang kedua bangsa saling bertukar barang dan gagasan, serta belajar banyak dari satu sama lain.
Xuan Zang, seorang biksu terkemuka dari abad ketujuh, dan Chen Cheng, seorang diplomat China pada masa Dinasti Ming, melakukan perjalanan ke Asia Tengah sebagai utusan persahabatan China, tulis Xi dalam sebuah artikel resmi yang diterbitkan di media Tajikistan sebelum kunjungannya pada 2019 ke negara tersebut. “Kisah-kisah kehidupan tokoh-tokoh sejarah dan sastra Anda, seperti Emir Ismail Samani dan penyair terkenal Rudaki, dikenal luas di China,” tulis Xi.
“Orang bijak mengejar kebaikan dan perdamaian, hanya orang bodoh yang mengejar perselisihan dan perang,” demikian Xi pernah mengutip puisi Rudaki dalam pidato yang disampaikannya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kelima untuk Konferensi tentang Interaksi dan Langkah-Langkah Membangun Kepercayaan di Asia.

Wakil Perdana Menteri Pertama Tajikistan Davlatali Said membacakan surat dari Presiden Tajikistan Emomali Rahmon yang berisi ucapan selamat atas terbitnya edisi bahasa Tajikistan dari volume pertama “Xi Jinping: Tata Kelola Pemerintahan China” (Xi Jinping: The Governance of China) di Dushanbe, ibu kota Tajikistan, pada 11 Juni 2019. (Xinhua/Sadat)
Penerbitan karya-karya kedua presiden di masing-masing negara juga telah semakin mendorong pertukaran gagasan.
Pada 2019, edisi bahasa Tajikistan dari volume pertama “Xi Jinping: Tata Kelola Pemerintahan China” (Xi Jinping: The Governance of China) dirilis. Rahmon menyebut bahwa buku itu dapat “membantu masyarakat Tajik untuk lebih memahami China, dan filosofi Presiden Xi dalam memerintah China, serta arah pembangunan China.”
Pada tahun yang sama, versi bahasa Mandarin dari buku karya Rahmon yang berjudul “Bangsa Tajik dalam Cermin Sejarah” (The Tajiks in the Mirror of History) diterbitkan di China. Xi menyebut buku itu dalam artikel resminya dan mengatakan bahwa buku tersebut memberikan “wawasan baru tentang Tajikistan kepada masyarakat China.”
Pemimpin China itu sejak lama telah mengadvokasi pertukaran dan pembelajaran timbal-balik di antara berbagai budaya. Menurut pandangan Xi, pembelajaran timbal-balik dapat mengatasi perbedaan, dan hidup berdampingan dapat mengatasi perasaan superioritas. Dia juga menyerukan untuk membangun BRI menjadi “jembatan yang menghubungkan berbagai peradaban yang berbeda.”
Di bawah kerangka kerja BRI, program-program seperti Institut Konfusius, Sanggar Kerja Luban (Luban Workshops), dan Pusat Pengobatan Tradisional China-Tajikistan telah mendukung pertemuan budaya antara kedua bangsa.

Para peserta mempelajari berbagai keterampilan di Sanggar Kerja Luban (Luban Workshop) di Dushanbe, Tajikistan, pada 12 April 2023. (Xinhua/Kalizhan Ospanov)
Ketika mengucapkan selamat tinggal kepada Xi di bandara setelah pemimpin China tersebut mengakhiri kunjungannya di Tajikistan pada 2014, Rahmon mengatakan salah satu hasil utama dari kunjungan tersebut adalah dia dan Xi menjadi saudara yang lebih dekat. “Saudara sejati berjalan bergandengan tangan,” tuturnya. [Xinhua]