BEIJING – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Wang Wenbin pada Selasa (29/6) membantah pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken baru-baru ini, menegaskan kembali bahwa China selalu menjadi pembangun perdamaian dunia, kontributor pembangunan global, dan pembela tatanan internasional.
Wang menyampaikan pernyataan tersebut saat konferensi pers harian, seraya menyebut AS sebagai perusak terbesar tatanan internasional.
Dalam kunjungannya ke Eropa belum lama ini, Blinken dilaporkan mengatakan kepada media bahwa tujuan AS melibatkan China adalah untuk mendukung sistem yang bebas dan terbuka berdasarkan aturan dan standar yang ditetapkan setelah Perang Dunia II.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Blinken dan para pemimpin Eropa membahas kerja sama transatlantik sebagai respons atas “koersi” ekonomi dan upaya China untuk mengganggu tatanan internasional yang berbasis aturan.
“Amerika Serikat dengan semena-mena menarik diri dari perjanjian dan organisasi internasional, dan secara sewenang-wenang menjatuhkan sanksi sepihak ilegal serta terlibat dalam intervensi dan koersi militer terhadap negara-negara lain, yang telah secara serius merusak perdamaian dan stabilitas internasional maupun regional, serta melanggar hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional,” kata Wang.
“Tatanan internasional berdasarkan aturan dan standar” yang diklaim oleh Blinken pada dasarnya adalah tatanan hegemonik untuk memungkinkan AS mendominasi dunia, kata sang jubir, seraya melanjutkan bahwa sebagian besar negara di dunia, termasuk sekutu AS sendiri, tidak setuju dengan hal itu.
“Hanya ada satu sistem di dunia dan itu adalah sistem internasional dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai intinya, dan hanya ada satu perangkat aturan, yaitu norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional dengan Piagam PBB sebagai landasannya,” tegas Wang.
Dikatakan Wang bahwa tatanan internasional seharusnya tidak menjadi tatanan hegemonik yang didominasi oleh AS, dan aturan internasional tidak boleh dirumuskan sendiri oleh AS atau “kelompok kecil” yang dipimpin AS.
Semua negara harus menjunjung tinggi nilai-nilai umum perdamaian, pembangunan, kesetaraan, keadilan, demokrasi dan kebebasan, mempraktikkan multilateralisme sejati, mempromosikan demokratisasi hubungan internasional, serta bergandengan tangan untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi kemanusiaan, imbuhnya. [Xinhua]