Menjelang musim dingin, warga Suriah secara bertahap kembali menggunakan kayu bakar sebagai pemanas di tengah kelangkaan bahan bakar dan listrik yang memburuk di negara yang dilanda krisis tersebut.
DAMASKUS, 31 Oktober (Xinhua) — Warga Suriah bernama Muhammad Juha (32) berupaya menghidupkan kembali bisnis keluarganya dalam menjual kayu bakar, saat kelangkaan bahan bakar dan listrik memburuk di negara yang dilanda krisis tersebut.
Di tempat penggergajian kayu miliknya di daerah Jaramana di sebelah timur Damaskus, ibu kota Suriah, Juha dan belasan pekerja menerima batang-batang pohon mati dari berbagai lokasi di seluruh negara itu.
Pria tersebut beserta timnya membelah kayu dengan kapak. Kemudian, mereka menyusun, menyimpan, dan mengeringkan kayu tersebut dan menjualnya ke pasar.
Bagi Juha, menjual kayu bakar merupakan bisnis keluarga yang hampir “mati” sebelum perang Suriah berkecamuk, yang justru secara tak terduga “menyelamatkan” bisnis mereka.
Berbicara kepada Xinhua di tempat penggergajian kayu miliknya, Juha menuturkan orang-orang secara bertahap kembali menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar sejak 2013, hampir dua tahun setelah perang meletus.
“Selama krisis, saat situasi listrik memburuk, orang-orang mulai kembali menggunakan kayu bakar sebagai pemanas di musim dingin,” ujarnya.
Menjelang musim dingin, Juha terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini seiring tempat penggergajian kayu miliknya dipenuhi dengan tumpukan kayu bakar yang siap dijual.
Semakin banyak warga Suriah menggunakan kayu bakar tidak hanya sebagai pemanas, tetapi juga untuk proses produksi di pabrik-pabrik.
Tradisi membangun perapian di rumah menjadi sangat populer di Suriah, kata Juha, karena menggunakan kayu bakar jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar lainnya.
“Kayu bakar, yang harganya separuh dari bahan bakar biasa, memberikan lebih banyak kehangatan dan tersedia kapan saja. Orang-orang beralih kembali menggunakan kayu bakar,” imbuh Juha.
Akhir-akhir ini, Juha berupaya memodernisasi penjualan kayu bakar, menjadikannya agar lebih menarik dengan mengemas kayu bakar “bersih” ke dalam karung. Karung-karung kayu bakar yang telah dikemas dengan baik siap diletakkan di perapian atau pemanas tanpa meninggalkan jelaga atau kotoran di rumah seperti di masa lalu.
Juha menambahkan bahwa dirinya hanya mengambil batang pohon yang sudah mati, dan bisnisnya tidak berhubungan dengan praktik penebangan liar.
Juha merupakan satu dari banyak penebang kayu, yang bisnisnya berkembang pesat akibat krisis bahan bakar di Suriah.
Pada Juli lalu, pemerintah Suriah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi hingga 177,7 persen. Menurut pernyataan resmi, lonjakan harga bahan bakar itu disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar global di samping penerapan sanksi oleh Barat kepada Suriah.
Pemerintah Suriah telah berulang kali menyalahkan sanksi sepihak dari Amerika Serikat atas memburuknya penghidupan rakyat Suriah. [Xinhua]