KTT G20 Bali, yang mengusung tema “Pulih Bersama, Bangkit Perkasa” (Recover Together, Recover Stronger), akan fokus pada penguatan arsitektur kesehatan global, percepatan transisi energi berkelanjutan, dan mendorong transformasi digital. KTT ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan pembangunan yang kian melebar antara negara-negara kaya dan miskin.
Prioritas itu juga menjadi pembahasan dalam pertemuan antara perekonomian-perekonomian APEC. Integrasi ekonomi yang mendalam, reformasi struktural, koherensi regulasi, dan digitalisasi merupakan bidang-bidang utama yang menjadi fokus APEC selama bertahun-tahun, yang juga merupakan aspek positif untuk membantu kawasan Asia-Pasifik melewati masa sulit ini, ujar Direktur Eksekutif Sekretariat APEC Rebecca Sta Maria.
Forum Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Keterbukaan Tingkat Tinggi digelar di Shanghai, China timur, pada 5 November 2022. (Xinhua/Li Jing)
Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara di Asia-Pasifik menggabungkan kekuatan untuk memperluas kerja sama dan mendorong integrasi regional, menjadikan Asia-Pasifik sebagai perekonomian yang paling dinamis dan menjanjikan di dunia. Mereka telah membentuk platform kerja sama regional yang berpusat pada ASEAN, meluncurkan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), dan tengah berupaya untuk mewujudkan Kawasan Perdagangan Bebas Asia-Pasifik.
Diberlakukan sejak 1 Januari, RCEP memberikan keuntungan yang semakin nyata bagi perekonomian-perekonomian anggotanya melalui pelonggaran tarif dan fasilitasi perdagangan. Data resmi menunjukkan bahwa nilai perdagangan China dengan para anggota RCEP lainnya selama delapan bulan pertama telah mencapai sekitar 1,2 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.493), menyumbang 30,5 persen dari total perdagangan luar negeri China.
Sejak bergabung dengan APEC 31 tahun yang lalu, China telah berkomitmen kuat dalam berbagai kemitraan regional dan perdagangan bebas serta investasi, membuat kontribusi yang signifikan bagi sistem perdagangan multilateral dan ekonomi dunia yang terbuka.
Ky Sereyvath, Direktur Jenderal Institut Studi China di Royal Academy of Cambodia, menyampaikan bahwa China merupakan stabilisator rantai nilai global, dan selalu berbagi hasil pembangunan dengan seluruh dunia. “Negara itu akan memberikan kontribusi penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi global dari pandemi,” imbuh ekonom tersebut.
Foto dari udara yang diabadikan pada 4 Juli 2022 ini menunjukkan pabrik platform MEB (Modular Electric Drive Matrix) Volkswagen Anhui yang sedang dibangun di zona percontohan perdagangan bebas area Hefei di Provinsi Anhui, China timur. (Xinhua)
TIDAK BOLEH ADA YANG TERTINGGAL
Pandemi yang berkepanjangan telah menyebabkan berbagai krisis di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Dalam sebuah laporan pada Juli, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan bahwa pada 2021, jumlah orang yang menderita kelaparan bertambah 46 juta menjadi 828 juta jiwa, sehingga akan semakin menjauhkan masyarakat internasional dari realisasi tujuan Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Dalam konteks ini, komunitas global perlu bekerja sama secara erat untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang seperti ketahanan pangan, vaksin dan respons COVID-19, serta pengentasan kemiskinan, dan negara-negara maju harus memenuhi janji mereka untuk memberikan bantuan pembangunan kepada negara-negara berkembang dengan tujuan membuat pembangunan global lebih seimbang dan inklusif.
Selama beberapa tahun terakhir, China telah melakukan pekerjaan substansial dalam mendorong pembangunan negara-negara miskin. China telah memenuhi komitmennya dengan membantu meningkatkan infrastruktur di negara-negara tersebut, berbagi pengetahuan dan teknologi dengan penduduk setempat, serta memberikan dukungan antipandemi seperti masker dan vaksin. China juga telah mengajukan serangkaian proposal seperti Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) serta Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative) untuk memperkuat kemitraan, mempromosikan konektivitas, dan memajukan pembangunan bersama.
Sebuah laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa BRI dapat membantu 7,6 juta orang keluar dari kemiskinan ekstrem dan 32 juta orang keluar dari kemiskinan moderat secara global, serta meningkatkan perdagangan sebesar 2,8 hingga 9,7 persen untuk negara-negara partisipan dan antara 1,7 hingga 6,2 persen untuk dunia.
Para pakar China bekerja di sebuah sawah di area peragaan Desa Nariu di Burkina Faso pada 13 Juli 2021. (Xinhua)
Menghadapi tantangan yang beragam dan kompleks, pertemuan G20 dan APEC diharapkan dapat mencapai hasil substantif yang akan memberikan manfaat nyata bagi negara serta kawasan berkembang dan kurang berkembang, serta membantu meningkatkan kepercayaan dalam pemulihan global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan bahwa presidensi G20 yang diemban Indonesia tahun ini bertujuan untuk memperkuat sistem multilateral dan kemitraan global yang efektif guna memastikan perekonomian dunia tetap terbuka, adil, saling menguntungkan, dan tidak ada yang tertinggal, terutama yang miskin dan rentan.
“Seperti pelajaran yang telah kita petik dari pandemi COVID-19, tidak ada yang aman sampai semua orang aman,” ujar Koh King Kee, Presiden Center for New Inclusive Asia, sebuah wadah pemikir (think tank) Malaysia. Dirinya mendesak negara maju untuk membantu negara-negara rentan mengatasi kekurangan kapasitas mereka dan membangun infrastruktur yang diinginkan guna menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.
Indonesia bertujuan menciptakan pemulihan ekonomi global yang lebih inklusif, terutama melalui digitalisasi usaha kecil, memperluas inklusi keuangan, dan mendorong kerja sama dalam inovasi serta transfer pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat akses global ke teknologi yang terjangkau dan bersih, ujar Bambang Suryono, Ketua Pusat Kajian Inovasi Asia, sebuah think tank Indonesia. [Xinhua]