Visi kemakmuran bersama dan stabilitas yang langgeng ini saat sedang menghadapi berbagai tantangan yang semakin besar. Ketegangan geopolitik, ditambah dengan gangguan ekonomi yang dipicu oleh unilateralisme, proteksionisme, dan upaya-upaya “pemisahan diri” (decoupling) serta “penghilangan risiko” (de-risking), menimbulkan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap stabilitas dan pertumbuhan di kawasan Asia-Pasifik.
“Kita harus tetap berkomitmen pada multilateralisme dan ekonomi terbuka, menjunjung tinggi sistem perdagangan multilateral dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) sebagai intinya, sepenuhnya mengaktifkan kembali peran APEC sebagai inkubator peraturan ekonomi dan perdagangan global, serta memajukan integrasi dan konektivitas ekonomi regional,” ujar Xi.
Selain itu, sang presiden juga menekankan perlunya menjadikan inovasi hijau sebagai katalisator untuk Asia-Pasifik dan menyerukan kepada para anggota APEC untuk meningkatkan dukungan bagi negara-negara berkembang dan kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Xi juga mengajak untuk bekerja sama dalam menumbuhkan dan mendistribusikannya secara adil, sehingga lebih banyak ekonomi dan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pembangunan tersebut.
Neo Letswalo, seorang peneliti di Departemen Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Johannesburg, Afrika Selatan, mengatakan bahwa para anggota APEC harus mendorong lebih banyak upaya integrasi regional. Hal ini dapat dimulai dengan membangun komitmen bersama untuk meningkatkan perdagangan bebas, dekarbonisasi, dan investasi. Menurutnya, “saling ketergantungan ekonomi yang kuat dapat mencegah konflik dan ketegangan.”
Menurut Khan, “usulan Xi mendukung terciptanya sistem perdagangan yang positif, produktif, dan partisipatif, yang menciptakan situasi yang saling menguntungkan bagi semua negara di Asia Pasifik.”
Presiden China Xi Jinping dan para pemimpin serta perwakilan perekonomian anggota APEC lainnya berpose untuk difoto bersama di Lima, Peru, pada 16 November 2024. (Xinhua/Huang Jingwen)
KOMITMEN UNTUK MASA DEPAN BERSAMA
Selama tiga dekade terakhir, negara-negara anggota APEC bekerja sama untuk mempererat hubungan dan memperdalam integrasi regional, menjadikan Asia-Pasifik sebagai kekuatan ekonomi yang paling dinamis dan menjanjikan di dunia, serta sebagai penggerak utama pertumbuhan global dan pengentasan kemiskinan.
Hari ini, keadaan dunia berbeda. Dunia mengalami pertumbuhan yang lemah dan dihadapkan pada berbagai tantangan seperti unilateralisme dan proteksionisme. China, yang mencatatkan pencapaian besar dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial sejak reformasi dan keterbukaannya lebih dari 40 tahun silam, telah menawarkan dan akan terus memberikan solusi untuk menghadapi masalah-masalah ini.
Keterbukaan merupakan sebuah ciri khas dari modernisasi China, dan China tetap berkomitmen untuk membuka pintunya lebih lebar kepada dunia.
China akan terus mengimplementasikan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dengan standar yang tinggi, dan juga bekerja secara aktif untuk bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP), dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Digital (Digital Economy Partnership Agreement/DEPA), ujar Xi.
“China menyambut baik semua pihak untuk terus menaiki ‘kereta cepat’ pembangunannya dan tumbuh bersama dengan ekonomi China, sehingga kita semua dapat berkontribusi pada modernisasi semua negara yang mengedepankan pembangunan damai, kerja sama yang saling menguntungkan, dan kemakmuran bersama,” lanjutnya.
Dalam beberapa wawancara dengan Xinhua, para ahli dan pejabat Asia-Pasifik mencatat bahwa kesuksesan China yang luar biasa melalui keterbukaan berkualitas tinggi telah memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya sistem ekonomi global yang terbuka dan kebutuhan kritis untuk memajukan kerja sama multilateral dan saling menguntungkan.
Sebagai negara besar di Asia-Pasifik, China “secara konsisten mengikuti jalur pembangunan yang sejalan dengan semangat keterbukaan, inklusivitas, dan saling menguntungkan dari APEC,” sebut Woo Su-keun, direktur Institute of East Asian Studies of Korea.
“Sangat penting bagi negara-negara lain untuk menunjukkan kepemimpinan yang kuat melalui tindakan nyata alih-alih ungkapan semata,” sebut Woo.
Bagi Ong Chong Yi, direktur eksekutif lembaga wadah pemikir (think tank) Malaysia, Kaukus Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra untuk Asia-Pasifik (Belt and Road Initiative/BRI Caucus for Asia-Pacific), China telah membuka pasarnya untuk memberikan berbagai peluang pembangunan bagi negara-negara di kawasan tersebut, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Asia Pasifik.
“Pada saat yang sama, China secara aktif mendukung pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang, meningkatkan konektivitas serta inklusivitas ekonomi dan sosial di seluruh kawasan tersebut. Upaya-upaya ini menciptakan lebih banyak peluang untuk kemajuan dan kemakmuran bersama,” tuturnya. [Xinhua]