WARTABUANA – SMA Negeri 9 Jakarta mengambil langkah progresif dalam memperkaya wawasan dan semangat patriotisme pelajar dengan menggelar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Kegiatan yang dipandu oleh Rifni Merosa, S.Pd, M.Pd diikuti oleh siswa-siswi kelas XI ini berlangsung meriah di Aula Sekolah SMAN 9 Jakarta pada hari Kamis (10/8/2023). Acara yang mendatangkan nara sumber dari Forum Kader Bela Negara (FKBN) Kementrian Pertahanan RI ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai Bela Negara, Cinta Tanah Air, dan Pendidikan Demokrasi Indonesia.
Dalam upaya untuk membentuk karakter pelajar yang tangguh dan berwawasan luas, Kepala SMA Negeri 9 Jakarta, Albaini Zuhdi, menyampaikan betapa pentingnya mengenalkan nilai-nilai bela negara dan cinta tanah air kepada generasi muda.
“Projek P5 ini adalah langkah nyata kami dalam memperkaya pemahaman siswa mengenai pentingnya mencintai dan membela negara serta berperan aktif dalam pembangunan demokrasi di Indonesia,” ungkap Albaini.
Albaini juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan Projek P5 ini. Ia berharap semangat bela negara, cinta tanah air, dan pemahaman tentang demokrasi akan terus membekas dalam diri siswa-siswa SMA Negeri 9 Jakarta, membawa dampak positif bagi masa depan bangsa dan negara.
“Projek P5 SMA Negeri 9 Jakarta telah membuktikan komitmen sekolah dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas akademis, tetapi juga memiliki semangat patriotisme dan partisipasi aktif dalam pembangunan demokrasi di Indonesia,” ujarnya.
Dalam seminar yang merupakan bagian utama dari kegiatan tersebut, narasumber pertama, Morris Kusoy, SH, yang juga menjabat sebagai Ketua FKBN DKI Jakarta, menghadirkan pandangannya tentang pentingnya semangat bela negara dan cinta tanah air dalam pembangunan bangsa dan menghadapi tantangan masa depan. Ia juga mengulas tentang hak-hak dan tanggung jawab dalam sistem demokrasi Indonesia.
“Siswa-siswi harus menyadari bahwa bela negara bukan hanya kewajiban militer, tetapi juga kewajiban untuk menjadi warga negara yang aktif, sadar akan hak-hak dan tanggung jawabnya,” jelas Morris.
Tak kalah menarik, narasumber kedua Arthur Ruru, seorang pakar dalam bidang politik, menyoroti pentingnya pendidikan demokrasi sebagai jalan untuk membentuk generasi muda yang berpikiran kritis dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokratis.
“Pendidikan demokrasi adalah upaya mewujudkan warga negara yang cerdas dan berkomitmen, yang mampu memahami, menghormati, dan berpartisipasi dalam sistem demokrasi,” ungkap Arthur.
Semenara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Eldy Luntungan, S.Pd, M.Biomed, menjelaskan bahwa acara ini tidak hanya berkisar pada semangat bela negara dan cinta tanah air, tetapi juga mengajarkan konsep-konsep dasar dalam pendidikan demokrasi Indonesia.
“Kami ingin siswa-siswa kami tidak hanya bersemangat dalam membela tanah air, tetapi juga memiliki pemahaman yang kuat tentang pentingnya berpartisipasi dalam proses demokrasi dan memiliki keterampilan untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat,” ujar Eldy.
Seluruh siswa kelas XI terlibat dengan penuh semangat dalam diskusi yang mendorong mereka untuk berpikir kritis dan berbagi pandangan tentang berbagai isu terkait bela negara, cinta tanah air, dan pendidikan demokrasi.
Acara ditutup dengan tanya jawab yang diikuti oleh semua peserta. Melalui pertanyaan-pertanyaan tajam mereka, para siswa menunjukkan kedalaman pemahaman tentang bela negara, cinta tanah air, dan pentingnya pendidikan demokrasi, serta menunjukkan dedikasi mereka dalam mengekspresikan gagasan dan pandangan mengenai tema yang diangkat, serta bagaimana konsep-konsep tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.[]