Zakharova mengatakan Rusia memiliki hak untuk memindahkan unit militer di wilayah kedaulatannya, tetapi tidak memiliki niat untuk melakukan agresi.
MOSKOW, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) terus memberikan bantuan militer ke Ukraina, yang hanya semakin meningkatkan konflik internal di negara itu, kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu (15/12).
“Negara-negara NATO meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, melatih personel militernya, dan tidak melakukan ini demi tujuan mistis menjaga stabilitas dan keamanan, tetapi justru semakin menambah besar kobaran api,” kata juru bicara kementerian tersebut Maria Zakharova.
Dalam konferensi pers mingguannya, Zakharova mengungkapkan kekhawatiran bahwa tindakan ini dapat mendorong Ukraina ke dalam perang sipil skala besar.
Menurutnya, Amerika Serikat (AS) telah memberikan bantuan militer sebesar 2,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.337) ke Ukraina sejak 2014, termasuk lebih dari 400 juta dolar tahun ini saja.
Rusia tidak mempercayai janji NATO untuk tidak memperluas pengaruh ke timur karena kata-kata itu tidak didukung oleh tindakan nyata, kata Zakharova.
Mengomentari tuduhan bahwa Rusia sedang membangun pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina, juru bicara tersebut mengatakan Rusia memiliki hak untuk memindahkan unit militer di wilayah kedaulatannya, tetapi tidak memiliki niat untuk melakukan agresi.
Sebelumnya pada Rabu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dan Wakil Kepala Staf Kremlin Dmitry Kozak bertemu Karen Donfried, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia, di Moskow untuk membahas situasi Ukraina dan masalah keamanan di Eropa.
Donfried kemudian akan melakukan perjalanan ke Brussel untuk mengoordinasikan posisi AS dengan sekutu dan mitranya di Eropa. [Xinhua]