TEHERAN – Ketua Kehakiman Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Iran dengan mengamankan lebih dari 60 persen suara, menurut pengumuman Kementerian Dalam Negeri Iran pada Sabtu (19/6).
“Ebrahim Raisi memenangkan posisi pertama dengan 17.926.345 suara, dan telah dipilih oleh rakyat tercinta kami sebagai presiden, untuk bertindak sebagai wali dari jajaran eksekutif,” kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli dalam konferensi pers pada sore hari.
Dari 59.310.307 pemilih yang memenuhi syarat, sebanyak 28.933.004 suara tercatat, dengan jumlah partisipan dalam pemilu sebesar 48,8 persen, katanya.
Sebelumnya pada hari itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengunjungi presiden terpilih di kantornya dan memberikan ucapan selamat atas pilpres tersebut.
“Mulai 4 Agustus, Raisi akan menjadi presiden kita semua, dan semua orang akan sepenuhnya mendukung dia dan pemerintahannya yang sah,” kata Rouhani dalam jumpa pers bersama Raisi.
Rouhani menawarkan kerja sama penuh dan kabinetnya kepada penggantinya itu, untuk menjamin suksesnya perpindahan kekuasaan.
Analis mengatakan Raisi mengamankan suara rakyat dengan memanfaatkan isu perbaikan kondisi ekonomi yang terdampak serius akibat sanksi Amerika Serikat dan pandemi COVID-19.
Dia memperkenalkan dirinya sebagai musuh aristokrasi, inefisiensi dan korupsi.
Dalam debat TV kepresidenan pada 18 Juni, dia mengatakan bahwa rakyat ingin merasakan perbaikan nyata dalam kehidupan mereka, yang akan menjadi prioritas pemerintahannya.
Raisi menyatakan bahwa menurunkan harga barang-barang pokok di pasar domestik, ketergantungan pada sumber daya mata uang asing harus diminimalkan melalui pencapaian swasembada dalam produksi barang-barang semacam itu.
Sementara itu, dia mengatakan sektor perumahan juga menjadi perhatian utama masyarakat, memperkirakan bahwa pemerintahannya akan membangun 4 juta unit rumah dalam empat tahun ke depan.
Dia meminta kebijakan partisipatif dalam pelaksanaan programnya, seraya mengatakan bahwa “dengan upaya semua orang dan dengan menciptakan perubahan di berbagai departemen eksekutif, kita akan memiliki Iran yang kuat.”
Sedangkan terkait kebijakan luar negeri, Raisi mengumumkan prioritasnya untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan dunia.
“Kebijakan luar negeri adalah sistem interaksi dengan semua negara, terutama tetangga,” katanya.
“Kami akan berinteraksi dengan mereka yang tidak berniat untuk bermusuhan, dengan cara yang bersahabat, bermartabat, dan berwibawa,” imbuh Raisi. [Xinhua]