Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kanan) bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di Kota Lviv, Ukraina barat, pada 18 Agustus 2022. (Xinhua/Kantor kepresidenan Ukraina)
Guterres tiba di Ukraina pada Rabu (17/8).
KIEV, 18 Agustus (Xinhua) — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (18/8) bertemu dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk membahas ekspor biji-bijian dari Ukraina dan situasi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, demikian dilaporkan layanan pers kepresidenan.
Dalam pertemuan yang digelar di Kota Lviv di Ukraina barat itu, Zelensky memuji peran positif PBB dalam melanjutkan ekspor biji-bijian dari Ukraina dan menekankan kesiapan Kiev untuk menjamin ketahanan pangan global.
Zelensky dan Guterres sepakat untuk melanjutkan koordinasi terkait implementasi inisiatif biji-bijian itu dan menekankan pentingnya menambah jumlah kapal yang mengekspor produk makanan dari Ukraina.
Kedua pihak juga berbicara tentang peran PBB dalam memastikan keamanan di PLTN Zaporizhzhia dan menekankan perlunya demiliterisasi di PLTN tersebut.
Topik lain yang dibahas dalam diskusi itu adalah pembebasan personel militer dan tenaga kesehatan Ukraina yang dijadikan tawanan selama konflik Rusia-Ukraina.
Guterres tiba di Ukraina pada Rabu (17/8). Kemudian pada Kamis, Zelensky dan Guterres mengadakan pertemuan tripartit dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pada 22 Juli, Ukraina menandatangani kesepakatan dengan Turki dan PBB di Istanbul untuk melanjutkan pengiriman makanan dan pupuk dari pelabuhan Ukraina ke pasar internasional melalui Laut Hitam. Kesepakatan yang sama juga ditandatangani oleh Rusia.
Pekan lalu, Ukraina dan Rusia saling melontarkan tuduhan terkait serangan terhadap PLTN Zaporizhzhia, yang merupakan salah satu kompleks tenaga atom terbesar di Eropa dan menghasilkan seperempat dari total energi listrik Ukraina.
Pada 11 Agustus, Ukraina menyerukan diluncurkannya misi internasional di bawah kepemimpinan Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), yang melibatkan para pakar PBB, untuk mengunjungi PLTN itu guna menilai ancaman terhadap keselamatan nuklir. [Xinhua]