PARIS – Prancis pada Jumat (17/9) mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memercayai Australia dalam pembicaraan perdagangan yang sedang berlangsung dengan Uni Eropa (UE) setelah pihak Canberra membatalkan kesepakatan untuk mengakuisisi kapal selam buatan Prancis dan justru memutuskan untuk berinvestasi pada kapal selam bertenaga nuklir buatan Amerika Serikat (AS). Paris menyebut langkah balik tiba-tiba yang dilakukan Australia sebagai “tusukan di belakang.”
“Kami sedang melakukan negosiasi perdagangan dengan Australia,” kata Menteri Muda untuk Urusan Eropa Prancis Clement Beaune kepada saluran berita France 24. “Saya tidak yakin kami bisa memercayai mitra Australia kita.”
Pemerintah AS, Inggris dan Australia pada Rabu (15/9) mengumumkan pembentukan kemitraan keamanan trilateral baru yang disebut “AUKUS” (Australia-Inggris-AS), yang inisiatif pertamanya adalah pengiriman armada kapal selam bertenaga nuklir ke Australia.
Prancis menganggap kesepakatan itu sebagai “tusukan di belakang,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian pada Kamis (16/9). Pada 2016, Australia menandatangani kontrak dengan Prancis untuk pembelian 12 kapal selam diesel-elektrik konvensional.
“Kami telah menjalin hubungan saling percaya dengan Australia. Kepercayaan ini telah dikhianati,” kata Le Drian.
UE memulai negosiasi dengan Australia untuk perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) pada 2018. Sejauh ini, UE dan Australia telah melakukan hubungan perdagangan dan ekonomi di bawah Kerangka Kemitraan UE-Australia 2008.
Pada 2020, Australia merupakan mitra dagang terbesar ke-19 bagi UE, dan UE menjadi mitra dagang terbesar ketiga bagi Australia setelah China dan Jepang dan di depan AS, menurut data UE.
Di tengah kekhawatiran internasional tentang proliferasi material dan teknologi nuklir melalui kesepakatan itu, Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), mengatakan dalam siaran pers bahwa pihaknya akan “berkomunikasi dengan mereka (Australia, Inggris, dan AS) tentang masalah ini sejalan dengan mandat undang-undangnya, dan sesuai dengan perjanjian perlindungan masing-masing negara dengan Badan tersebut.”
China juga menyuarakan penentangan terhadap langkah trilateral itu, menggambarkannya sebagai “tindakan proliferasi nuklir yang jelas.”
Bantuan semacam itu “tampaknya akan meningkatkan proliferasi material dan teknologi nuklir dengan secara terbuka memberikan bantuan kepada Australia,” kata Wang Qun, utusan China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya di Wina. [Xinhua]