URUMQI – Wilayah Yuli di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, pada Selasa (12/10) menggelar konferensi pers di mana para petani kapas membantah rumor “kerja paksa” di Xinjiang.
Nurali Vmar, seorang petani kapas di wilayah tersebut, menuturkan dirinya memiliki delapan traktor, satu unit mesin penanam benih dengan teknologi navigasi, serta delapan mesin pertanian kecil lainnya. “Lima orang saja cukup untuk mengelola sekitar 67 hektare ladang kapas berkat operasi yang sangat termekanisasi ini,” katanya.
Penanaman kapas di wilayah Yuli dimulai pada tahun 1980-an. Sejak itu, tingkat mekanisasi pertanian telah melampaui 96 persen pada 66.000 hektare lebih ladang kapas.
Sami Yusup, seorang kurir berusia 26 tahun, bekerja sebagai operator mesin pemetik kapas ketika musim panen tiba. “Saya bisa menghasilkan lebih dari 10.000 yuan (1 yuan = Rp2.207) per bulan sebagai operator mesin pemetik kapas, sedangkan penghasilan saya sebagai kurir hanya 5.000 yuan,” ujarnya.
Sementara itu, Vmarjan Barhan, seorang pilot drone, mengibaratkan pekerjaannya seperti “bermain gim”.
“Dalam sehari saya bisa menyemprotkan pestisida di 33 hektare lebih ladang kapas, mengoperasikan drone dari ponsel pintar saya ini ibarat bermain gim video,” ucap Barhan.
Arkin Rehim, petani kapas setempat lainnya, mengaku memiliki perasaan yang mendalam terhadap kapas karena berkat kapas itulah keluarganya dapat menjalani kehidupan bahagia yang selama ini mereka impikan.
“Kami tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mencoreng nama baik Xinjiang atau menodai kapas yang telah kami tanam,” ujarnya. “Saya memiliki keyakinan pada kapas Xinjiang dan tidak akan pernah berhenti menanamnya hanya karena rumor.” [Xinhua]