Foto yang diabadikan pada 7 Mei 2023 ini memperlihatkan suasana pada pertemuan luar biasa Liga Arab di Kairo, Mesir. Para menteri luar negeri Arab dalam pertemuan itu memutuskan untuk memulihkan keanggotaan Suriah di Liga Arab setelah penangguhan selama 12 tahun. (Xinhua/Ahmed Gomaa)
DAMASKUS, 27 Juni (Xinhua) — Kembalinya Suriah ke Liga Arab (Arab League/AL) mengindikasikan peralihan strategi negara-negara Arab terkait Suriah dan perang saudaranya, yaitu bahwa solusi Arab alih-alih intervensi dari luar merupakan kunci untuk menyelesaikan krisis berkepanjangan di negara tersebut.
Menurut analis lokal, setelah pemutusan hubungan dan isolasi selama 12 tahun, dunia Arab menyadari bahwa strategi yang dipimpin Barat, yaitu bahasa ancaman, serta blokade ekonomi dan sosial, bukanlah solusi untuk perang Suriah.
Sebaliknya, perang telah membawa dampak destabilisasi bagi negara-negara Arab dan seluruh dunia, yang terlihat dalam melemahnya keamanan perbatasan yang memicu perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan krisis pengungsi, di antara isu-isu lainnya.
Kini negara-negara Arab mulai berhubungan kembali dengan Suriah untuk membalikkan dampak negatif tersebut, berharap dapat menghasilkan solusi Arab untuk krisis Suriah yang berkepanjangan guna mencapai hasil yang saling menguntungkan. Pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab merupakan sebuah langkah signifikan.
Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam upacara penyambutan sebelum KTT Liga Arab ke-32 di Jeddah, Arab Saudi, pada 19 Mei 2023. (Xinhua/Saudi Press Agency)
Pada Minggu (25/6), pemerintah Suriah menunjuk Houssam al-Din Ala sebagai duta besar Suriah untuk Kairo dan Liga Arab, menyusul keputusan dewan dengan 22 anggota itu untuk mengembalikan posisi Suriah di liga tersebut pada Mei.
Osama Danura, seorang pakar politik, mengatakan kepada Xinhua perubahan tersebut mencerminkan bahwa negara-negara Arab mengakui jika memerangi terorisme, menolak intervensi asing, dan faktor-faktor lainnya adalah kunci untuk menyelesaikan krisis Suriah.
Selain itu, dalam pandangan Danura, kembalinya Suriah ke dunia Arab merupakan sebuah langkah yang membuka jalan sebelum intervensi asing, yang mengindikasikan awal yang baik untuk membangun hubungan ekonomi, sosial, dan politik yang konstruktif di antara negara-negara Arab dan dengan negara-negara regional lainnya.
“Negara-negara Arab dapat memfasilitasi Suriah untuk mencapai solusi politik yang akan disambut baik di dunia Arab jika tidak ada agenda asing yang terlibat,” kata Danura.
Presiden Suriah Bashar al-Assad menghadiri KTT Liga Arab ke-32 di Jeddah, Arab Saudi, pada 19 Mei 2023. (Xinhua/Saudi Press Agency)
Mohammad al-Omari, seorang pakar politik sekaligus penulis, mengatakan kepada Xinhua bahwa saat ini negara-negara Arab tampaknya mengesampingkan perbedaan dan memulai era baru yang diisi dengan pemahaman dan konsensus.
Dia yakin Suriah kini sudah dekat dengan solusi politik mengingat adanya perubahan sikap dari negara-negara Arab.
“Kembalinya Suriah ke Liga Arab tidak berarti krisis Suriah telah selesai, tetapi hal itu seharusnya memfasilitasi dan mempercepat pembentukan mekanisme penyelesaiannya,” ujar dia. [Xinhua]