Foto dari udara yang diabadikan pada 5 Oktober 2023 ini menunjukkan turbin angin buatan perusahaan China Goldwind di Chaiyaphum, Thailand. (Xinhua/Wang Teng)
Sebagai mitra dagang yang erat, China dan Asia Tenggara selalu menjunjung tinggi prinsip multilateralisme dan akan terus memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi global.
oleh Choi Kinchong
Dunia kita sedang menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang luar biasa, di mana kita menyaksikan kekuatan ekonomi Barat menggunakan proteksionisme dan hambatan perdagangan untuk menguntungkan kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan persaingan yang sehat.
Menjelang Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-31 yang akan segera dimulai di Lima, Peru, kita harus mengingatkan diri untuk tetap setia pada aspirasi awal APEC dan terus mempromosikan tiga pilar APEC, yaitu liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bisnis, serta kerja sama ekonomi dan teknis.
Saya sangat yakin bahwa multilateralisme dan perdagangan bebas merupakan arah masa depan untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang sukses dan berkelanjutan.
Seperti yang kita ketahui, APEC bermula sebagai sebuah kelompok dialog informal dan secara resmi didirikan pada 1989. Sejak saat itu, APEC telah menjadi forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, kerja sama, perdagangan, dan investasi di kawasan Asia-Pasifik. APEC saat ini beranggotakan 21 perekonomian, termasuk Amerika Serikat dan China, dua perekonomian terbesar di dunia, dan perekonomian-perekonomian utama di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Dari “Deklarasi Bogor” hingga “Visi Putrajaya”, keterbukaan dan inklusivitas telah menjadi ciri khas kerja sama Asia-Pasifik, dengan APEC mendorong perdagangan dan investasi yang bebas serta terbuka di Asia-Pasifik.
Untuk alasan yang jelas, titik terang ekonomi di masa depan akan berada di Asia-Pasifik.
Foto yang diabadikan pada 5 Maret 2024 ini menunjukan pembangkit listrik tenaga hibrida (PLTH) air-surya terapung di Bendungan Ubolratana di Khon Kaen, Thailand. (Xinhua/Lin Hao)
China telah menjadi mesin ekonomi global selama puluhan tahun berkat kemampuan manufakturnya yang solid dan efisien, pasar domestik yang tangguh dan luas, serta daya pikir rakyat China yang kompetitif dan inovatif, yang berkontribusi pada peran penting negara tersebut dalam rantai industri dan pasokan global.
Dari 1979 hingga 2023, pertumbuhan ekonomi China rata-rata mencapai 8,9 persen per tahun, jauh melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen selama periode yang sama. Kontribusi tahunan rata-rata China bagi pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 24,8 persen, demikian menurut laporan Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China.
Sebagai mitra dagang yang erat, China dan Asia Tenggara selalu menjunjung tinggi prinsip multilateralisme dan akan terus memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi global. Perjanjian perdagangan bebas, terutama penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi regional.
Kawasan Asia Pasifik memiliki potensi ekonomi yang sangat besar berkat kekayaan sumber daya alamnya, sektor pariwisata yang berkembang pesat, pasar dinamis dengan daya beli yang kuat, dan ekonomi digital yang berkembang pesat. Pada Oktober, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 3,2 persen pada 2024, sedangkan ekonomi Asia yang emergingdan berkembang diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,3 persen tahun ini.
Fokus APEC yang berkelanjutan pada multilateralisme dan kerja sama akan menjadi sangat penting karena dunia menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang kian meningkat.
Dengan memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan dan mempertahankan komitmen pada multilateralisme, anggota APEC dapat membuka jalan menuju pertumbuhan, stabilitas, dan kemakmuran yang berkelanjutan, tidak hanya bagi Asia-Pasifik, tetapi juga bagi ekonomi global secara keseluruhan. [Xinhua]
Catatan editor: Choi Kinchong merupakan wakil presiden senior Kasikornbank sekaligus pakar pengembangan bisnis di Thailand.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan Kantor Berita Xinhua.