Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell di Teheran, Iran, pada 25 Juni 2022. (Xinhua/Kementerian Luar Negeri Iran)
“Saat ini, kami mencapai titik di mana terdapat pemahaman bersama soal berbagai isu, yang akan membantu kami bertindak dalam laju yang lebih baik dan cepat pada langkah-langkah terakhir menuju kesepakatan,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
TEHERAN, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Senin (3/10) malam waktu setempat menyampaikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk mencabut sanksi Washington terhadap Teheran dan mengaktifkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015 berada di jalur yang benar, seperti dilaporkan kantor berita resmi Iran, IRNA.
Mengomentari soal perkembangan terbaru perundingan nuklir itu, Amir-Abdollahian menuturkan bahwa kepala negosiator nuklir Iran Ali Bagheri Kani dan para pejabat lainnya telah menggelar sejumlah pembicaraan dengan pihak-pihak terkait lainnya di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-77 di New York dan mencapai kesimpulan yang baik.
“Saat ini, kami mencapai titik di mana terdapat pemahaman bersama soal berbagai isu, yang akan membantu kami bertindak dalam laju yang lebih baik dan cepat pada langkah-langkah final untuk mencapai kesepakatan,” ujar sang menlu.
Kepala Negosiator Nuklir Iran Ali Bagheri Kani tiba di lokasi perundingan kesepakatan nuklir Iran di Wina, Austria, pada 8 Februari 2022. (Xinhua/Georges Schneider)
Sebelumnya, Washington tidak memiliki pemahaman yang tepat terkait situasi, tutur Amir-Abdollahian, seraya menyatakan bahwa “kami merasa Amerika Serikat (AS) saat ini bertukar pesan dengan pemahaman yang lebih baik.”
Presiden Organisasi Energi Atom Iran Mohammad Eslami dan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) Rafael Grossi pada akhir September lalu menggelar pembicaraan untuk membahas sejumlah isu dan mencapai kesepahaman bersama, imbuh Amir-Abdollahian.
Iran menandatangani kesepakatan nuklir itu, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), dengan lima negara besar dunia pada Juli 2015, yang menyepakati pembatasan program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi terhadap negara tersebut. Namun, mantan presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan itu dan kembali menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Teheran, yang mendorong Iran untuk mengabaikan beberapa komitmennya di bawah kesepakatan tersebut.
Foto yang diabadikan pada 15 April 2021 ini menunjukkan pertemuan Komisi Gabungan tentang Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) di Wina, Austria. (Xinhua/Delegasi UE di Wina)
Perundingan untuk mengaktifkan kembali JCPOA dimulai pada April 2021 di Wina, tetapi ditangguhkan pada Maret tahun ini karena perbedaan politik antara Teheran dan Washington. Putaran terbaru perundingan nuklir itu diadakan di ibu kota Austria tersebut pada awal Agustus tahun ini setelah terhenti selama lima bulan.
Pada 8 Agustus lalu, Uni Eropa (UE) mengusulkan naskah final dari draf keputusan pengaktifan kembali JCPOA. Iran dan AS kemudian bertukar pandangan secara tidak langsung terkait proposal tersebut dalam proses yang sejauh ini belum membuahkan hasil memuaskan. [Xinhua]