WASHINGTON – Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Senin (10/5) mendesak semua pihak untuk meredakan ketegangan dalam bentrokan antara Israel dengan Palestina, serta mengakui hak Israel untuk membela diri dalam menghadapi serangan roket.
“Kami sangat fokus pada situasi di Israel, Tepi Barat, Gaza, (dan) sangat prihatin dengan serangan roket … yang perlu dihentikan dan harus segera dihentikan,” kata Blinken sebelum pertemuannya dengan Menlu Yordania Ayman Safadi yang sedang melakukan lawatan.
Dia juga mengungkapkan keprihatinan tentang “kekerasan dan tindakan provokatif di dalam dan sekitar Haram al-Sharif/Bukit Bait Suci.”
Blinken menyambut baik keputusan Israel untuk mengubah rute parade bendera nasionalis tahunan dan menunda keputusan terkait penggusuran sejumlah keluarga Palestina dari lingkungan permukiman Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur. “Sangat penting bahwa semua pihak mengambil langkah untuk meredakan dan menenangkan situasi,” tegasnya. Diplomat tinggi AS itu juga menyuarakan keprihatinan yang mendalam tentang serangan roket terhadap Israel. Dia mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warganya dan wilayahnya dari serangan tersebut.
Sementara itu, Safadi dalam pernyataannya menyoroti bahwa Yerusalem merupakan “garis merah”, dan menjaga perdamaian serta stabilitas di Yerusalem adalah kuncinya.
“Fokus kami saat ini adalah memastikan eskalasi berhenti … kami yakin bahwa semua tindakan provokatif langsung terhadap warga Syekh Jarrah atau dalam hal pelanggaran terhadap al-Haram harus dihentikan, status quo perlu dipertahankan, dan hak-hak warga Palestina perlu dihormati,” tambahnya.
Setelah ratusan warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel di Yerusalem Timur pada Senin pagi, Hamas melancarkan serangan roket ke Yerusalem pada sore harinya, yang menuai respons keras dari Israel. Ketegangan antara pihak Israel dan Palestina kian memanas dalam beberapa hari terakhir di tengah meningkatnya kekerasan di Yerusalem Timur antara demonstran Palestina dan pasukan Israel.
Bentrokan itu dipicu oleh pembatasan Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan dan rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina dari sebuah lingkungan permukiman di Yerusalem Timur.
Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah pada 1967. Tidak lama setelah perang tersebut, Israel mencaplok wilayah Yerusalem Timur dan mengklaimnya sebagai bagian dari ibu kota Israel. [Xinhua]