WASHINGTON Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa negaranya bermaksud menuntaskan misi evakuasi di Afghanistan pada 31 Agustus.
Dia menyampaikan pernyataan tersebut pada Selasa (24/8) ketika menghadiri KTT virtual Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) yang membahas isu Afghanistan.
Biden juga meminta rencana cadangan untuk menyesuaikan lini masa tersebut, jika diperlukan.
Mantan diplomat sekaligus pejabat intelijen AS David F. Gordon mengatakan bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan bukanlah akhir yang bagus bagi perang melawan terorisme yang telah dilakukan AS selama 20 tahun itu.
“Saat saya masih menjabat di pemerintahan, saya berpikir bahwa AS memiliki terlalu banyak ekspektasi tentang apa yang bisa dicapainya di Afghanistan,” tutur Gordon.
“Dari sudut pandang strategis, ini bukanlah akhir yang bagus bagi perang melawan terorisme yang telah dilakukan selama 20 tahun,” imbuhnya.
Gordon juga menuturkan penarikan yang terburu-buru ini telah mengecewakan para sekutu AS.
“Pihak Eropa sangat kecewa atas hal ini karena tidak ada langkah terkait Afghanistan yang diambil Biden melalui konsultasi (terlebih dahulu) dengan mereka, Eropa sangat kecewa ketika Biden mengumumkan penarikan tersebut beberapa bulan lalu,” kata Gordon.
“Beberapa hari yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menonton debat di parlemen Inggris dan kemarahan di parlemen itu terhadap AS maupun terhadap Biden sangat jelas,” lanjutnya.
Hanya lima hari sebelum tenggat waktu evakuasi, dua serangan bom bunuh diri mengguncang bandara Kabul pada Kamis (26/8).
Sedikitnya 169 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara AS tewas.
Meskipun Biden mengatakan bahwa dia “pada dasarnya akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi” selama proses penarikan yang kacau ini, serangan paling mematikan terhadap pasukan AS sejak 2011 itu tidak diragukan lagi menjadi “momen yang menghancurkan” bagi kepresidenan Biden.
“Jika warga Amerika mulai kehilangan nyawa mereka di Afghanistan, maka Biden dalam masalah besar. Jika ada warga Amerika yang tertinggal di Afghanistan, Biden dalam masalah besar,” ujar mantan diplomat itu. [Diproduksi oleh Xinhua Global Service]