Peningkatan level ini, yang dikonfirmasikan oleh Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel, diterapkan menyusul ledakan di luar sebuah rumah sakit di Liverpool yang telah dinyatakan sebagai insiden terorisme. Di level tersebut, serangan lebih lanjut dinilai “sangat mungkin” terjadi.
LONDON, Level ancaman teror di Inggris telah ditingkatkan dari “substansial” (substantial) ke “berat” (severe) pada Senin (15/11) menyusul ledakan di luar sebuah rumah sakit di Liverpool, yang telah dinyatakan sebagai insiden terorisme.
Dengan peningkatan level ini, yang dikonfirmasikan oleh Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel, serangan lebih lanjut dinilai “sangat mungkin” terjadi.
“Pusat Analisis Terorisme Gabungan kini meningkatkan level ancaman di Inggris dari substansial ke berat,” kata Patel kepada media setempat.
“Dan langkah itu ada alasannya, dan alasan tersebut adalah karena apa yang kita lihat kemarin merupakan insiden kedua dalam kurun sebulan.”
Level “berat” merupakan level peringatan tertinggi kedua di Inggris. Negara tersebut menerapkan sistem peringatan ancaman terorisme lima level, yang terdiri dari “rendah (low), sedang (moderate), substansial, berat (severe), dan kritis (critical).”

Ledakan di luar Liverpool Women’s Hospital pada Minggu (14/11) disebabkan oleh “terpantiknya sebuah alat peledak” yang dibawa masuk ke sebuah taksi oleh seorang penumpang pria, ujar Russ Jackson, kepala unit kontraterorisme di Inggris barat laut.
Penumpang pria itu tewas dalam ledakan dan pengemudi taksi berhasil melarikan diri. Pihak kepolisian yakin bahwa mereka mengetahui identitas penumpang tersebut, tetapi tidak dapat mengonfirmasikannya untuk saat ini. Motif di balik insiden ini masih belum jelas.
Empat pria berusia 20-an tahun telah ditahan atas dasar Undang-Undang Terorisme.
Pengemudi taksi yang mengalami luka-luka, dan mengunci si penumpang di dalam mobil dalam insiden ini, disebut-sebut sebagai pahlawan.
“Pengemudi taksi ini, dalam upaya heroiknya, berhasil mengubah apa yang bisa menjadi bencana sangat mengerikan di rumah sakit tersebut,” tutur Wali Kota Liverpool Joanne Anderson. [Xinhua]