Kepala negosiator nuklir Iran mengecam pihak-pihak tertentu dalam pembicaraan Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 karena bersikap “menyalahkan” alih-alih mengejar “diplomasi nyata.”
TEHERAN, Kepala negosiator nuklir Iran pada Selasa (14/12) mengatakan bahwa beberapa pihak dalam perjanjian nuklir Iran bersikeras dengan “kebiasaan permainan menyalahkan mereka” alih-alih mengejar diplomasi nyata.
Ali Bagheri Kani, yang berada di Wina untuk lanjutan pembicaraan tentang pemulihan perjanjian nuklir, atau yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), dalam sebuah cuitan di Twitter mengatakan bahwa jika ada kemauan untuk “memperbaiki kesalahan pelakunya,” jalan tersebut akan cepat dimuluskan untuk mencapai kesepakatan yang baik.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2021/12/view-5yWAW1.jpeg)
Unggahannya berbunyi, “Beberapa aktor bersikeras dengan kebiasaan permainan menyalahkan mereka, alih-alih diplomasi nyata.”
JCPOA ditandatangani oleh Iran dan P5+1 pada Juli 2015. Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran setuju membuat beberapa penyesuaian pada program nuklir damainya dan sebagai gantinya, pihak P5+1 berjanji mencabut sanksi internasional terhadap Teheran.
Namun, pada Mei 2018, mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang mengungkapkan ketidakpuasan terhadap JCPOA, menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi sepihak Washington terhadap Teheran dalam upaya yang gagal untuk menekan Iran agar datang ke meja perundingan dan membuat kesepakatan baru.
Sejak April, proses diplomatik dimulai di ibu kota Austria itu untuk menghidupkan kembali JCPOA, sebagai bagian dari beberapa putaran pembicaraan yang telah dilakukan antara Iran dan pihak-pihak yang masih bertahan dalam kesepakatan tersebut, seperti China, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman. [Xinhua]