Rusia telah berulang kali mendesak NATO untuk menghentikan ekspansinya ke timur karena aliansi militer antarpemerintah yang dipimpin oleh Amerika Serikat itu semakin membesar bahkan setelah Perang Dingin.
MUNICH, Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Sabtu (19/2) mengatakan saluran diplomatik masih menjadi sarana untuk memecahkan masalah Ukraina, tetapi memperingatkan agar tidak “menjadi naif.”
Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato pertamanya di Konferensi Keamanan Munich (Munich Security Conference/MSC) ke-58, yang akan berlangsung hingga Senin (21/2).
Konflik di Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dan “ada bahaya munculnya perang lagi di Eropa,” tutur Scholz.
Keanggotaan Ukraina dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), yang menjadi perhatian utama Rusia, tidak ada dalam agenda saat ini atau dalam waktu dekat, katanya.
Mengenai keputusan Jerman yang tidak akan memasok senjata ke Ukraina, Scholz mengatakan bahwa negaranya memiliki peraturan ketat tentang ekspor senjata, dan sebagai gantinya Berlin telah memberikan dukungan keuangan ke Ukraina.
Scholz menekankan pentingnya kemitraan transatlantik, menyebut bahwa Jerman akan memastikan kepatuhan terhadap Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara, yaitu klausul pertahanan kolektif.
Rusia telah berulang kali mendesak NATO untuk menghentikan ekspansinya ke timur karena aliansi militer antarpemerintah yang dipimpin oleh Amerika Serikat itu semakin membesar bahkan setelah Perang Dingin.
Dalam konferensi pers yang diadakan dengan Scholz di Moskow pada Selasa (15/2), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan menunda kemungkinan penambahan Ukraina ke NATO tidak akan menyelesaikan apa pun bagi Rusia dan bahwa Moskow ingin masalah keamanannya ditangani secara serius. [Xinhua]