BEIJING, Untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel, dibutuhkan kemauan politik dan upaya diplomasi, bukan senjata, amunisi, dan sanksi sepihak, kata juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China, Mao Ning, pada Rabu (9/10).
Mao menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah konferensi pers harian ketika diminta untuk mengomentari langkah Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi kepada individu dan entitas negara ketiga yang mendanai Hamas pada Senin (7/10), namun memberikan bantuan militer senilai 8,7 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.671) kepada Israel pada akhir September 2024.
Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, mengakibatkan kematian lebih dari 40.000 orang di Gaza, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Komunitas internasional telah menyepakati perlunya meredakan ketegangan, mengakhiri pertempuran dan kekerasan, melindungi warga sipil, dan menghindari bencana kemanusiaan, ujar Mao.
“Untuk mengakhiri konflik ini, kita membutuhkan kemauan politik dan upaya diplomatik, bukan senjata, amunisi, dan sanksi sepihak,” kata Mao. Sang jubir menambahkan bahwa sebuah negara besar harus memainkan perannya, bersikap objektif dan adil, memimpin dalam mematuhi hukum internasional, serta melakukan upaya-upaya positif untuk mengakhiri pertempuran sesegera mungkin, mengendalikan situasi, dan mencegah meluasnya krisis.
Dilaporkan juga bahwa Israel berniat melakukan serangan balasan yang signifikan terhadap Iran dan dapat menargetkan fasilitas produksi minyak, fasilitas nuklir, dan lokasi-lokasi strategis lainnya di dalam wilayah Iran. Iran mengatakan setiap serangan dari Israel akan dibalas dengan respons yang tegas.
Mao mengatakan bahwa China sangat prihatin dengan gejolak yang terjadi di Timur Tengah. “Kami menentang langkah-langkah yang memicu permusuhan dan memperluas konflik, serta menyerukan kepada semua pihak untuk menangani situasi saat ini dengan sikap yang tenang, rasional dan bertanggung jawab demi kepentingan perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut,” katanya.
Komunitas internasional, terutama negara-negara besar yang memiliki pengaruh, perlu memainkan peran konstruktif demi menghindari gejolak lebih lanjut, kata jubir tersebut. [Xinhua]