Perpecahan di AS terkait isu ras, hak kepemilikan senjata dan aksi main hakim sendiri telah tersingkap dalam sederet insiden yang menjadi sorotan pada beberapa pekan terakhir, kata surat kabar Japan Times.
TOKYO, Tewasnya lima orang akibat mobil yang menabrak sebuah parade Natal di Amerika Serikat (AS) kembali mengejutkan negara yang sudah lama bergumul dengan aksi kekerasan dan berperang dengan dirinya sendiri terkait isu budaya, hak-hak individu, dan konsep demokrasi itu, demikian dilansir surat kabar Japan Times.
Insiden di Kota Waukesha di Wisconsin pada Minggu (21/11) tersebut terjadi dua hari setelah pembebasan Kyle Rittenhouse, seorang remaja kulit putih yang didakwa melakukan pembunuhan setelah menembak mati dua pria dalam unjuk rasa menuntut keadilan rasial tahun lalu, papar Japan Times pada Selasa (23/11).
Perpecahan di AS terkait isu ras, hak kepemilikan senjata, dan aksi main hakim sendiri telah tersingkap dalam sederet insiden yang menjadi sorotan pada beberapa pekan terakhir, tulis surat kabar Jepang itu.
Beberapa insiden terbaru bahkan memperuncing situasi yang telah memecah belah masyarakat di tengah persepsi meningkatnya kejahatan dan anjloknya kepercayaan terhadap pemerintah dan berbagai institusi.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa tingkat kejahatan kekerasan di Amerika Serikat, termasuk pembunuhan, penyerangan, perampokan, dan pemerkosaan, naik 5 persen selama periode 2019 hingga 2020.
Tingkat kasus pembunuhan menunjukkan kenaikan yang mengkhawatirkan sebesar 30 persen selama periode itu, mencatatkan kenaikan satu tahun terbesar sejak 1905, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Lembaga think tankInternational IDEA pada Senin (22/11) mengungkapkan bahwa AS telah masuk dalam daftar tahunan demokrasi-demokrasi yang “mengalami kemunduran” untuk kali pertama.
“Demokrasi kita sedang bermasalah,” ujar Mary Stuckey, profesor ilmu politik di Pennsylvania State University seperti dikutip dalam laporan Japan Times, memperingatkan tentang fiksasi drama dan konflik dalam diskursus publik. Selesai