Asap mengepul pascaserangan udara Israel di Kota Khiyam, Lebanon tenggara, pada 30 September 2024. Total 95 orang tewas dan 172 lainnya mengalami luka-luka dalam 24 jam terakhir akibat serangan udara Israel yang menyasar berbagai daerah di Lebanon, ungkap Kementerian Kesehatan Lebanon pada Senin (30/9) malam waktu setempat. (Xinhua/Taher Abu Hamdan)
BEIRUT, 1 Oktober (Xinhua) — Israel pada Senin (30/9) malam meluncurkan serangan darat terhadap target-target Hizbullah di daerah perbatasan di Lebanon selatan, menewaskan lebih dari 90 orang dan menimbulkan kekhawatiran perihal eskalasi regional.
Sebanyak 95 orang tewas dan 172 lainnya mengalami luka-luka dalam 24 jam terakhir akibat serangan udara Israel yang menyasar berbagai daerah di Lebanon, ungkap Kementerian Kesehatan Lebanon pada Senin malam waktu setempat.
Kementerian itu melaporkan bahwa 16 orang tewas dan 48 lainnya luka-luka di Distrik Baalbek-Hermel, sementara 16 orang tewas dan 55 lainnya luka-luka di Kegubernuran Nabatieh.
Selain itu, empat orang tewas dan empat lainnya luka-luka dilaporkan di Beirut, serta 52 orang tewas dan 43 lainnya luka-luka di Kegubernuran Selatan (Al-Janub). Wilayah Bekaa mencatat tujuh orang tewas dan 22 lainnya luka-luka.
ESKALASI KONFLIK
Militer Israel pada Senin malam mengonfirmasi bahwa pihaknya telah meluncurkan kampanye darat yang “terkonsentrasi dan terbatas” terhadap Hizbullah di Lebanon selatan.
Foto yang diabadikan pada 30 September 2024 ini menunjukkan sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak akibat serangan udara Israel di Beirut, Lebanon. (Xinhua/Bilal Jawich)
Operasi itu, yang melibatkan unit pasukan darat, pesawat, dan artileri, menyasar daerah-daerah di Lebanon selatan, sedangkan jet-jet tempur mengebom pinggiran selatan Beirut, urai militer Israel.
Serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon itu dilancarkan di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, dengan Israel meluncurkan serangan di Gaza, Lebanon, dan Suriah, yang dianggapnya sebagai bagian dari strategi “pertahanan diri”.
Selain serangan darat, militer Israel pada Selasa (1/10) pagi melancarkan serangan udara ke Damaskus, ibu kota Suriah, yang menyebabkan tiga warga sipil tewas dan sembilan lainnya luka-luka, demikian menurut Kementerian Pertahanan Suriah.
Media pemerintah Suriah mengonfirmasi bahwa pertahanan udara Suriah merespons serangan Israel di sekitar Damaskus.
Militer Israel pada Senin malam menyampaikan bahwa serangan di Jalur Gaza juga akan dilanjutkan.
Sedikitnya 12 warga tewas dan beberapa lainnya luka-luka akibat serangan Israel yang menyasar dua rumah di kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada Senin, papar sejumlah sumber medis dan saksi mata.
Gelombang warga Lebanon dan pengungsi Suriah menyeberang masuk ke Suriah menyusul eskalasi militer Israel di Lebanon.
Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan bahwa sebanyak 100.000 orang, sebagian besar adalah warga Lebanon dan Suriah, telah mengungsi ke Suriah untuk menghindari serangan udara Israel di Lebanon.
PICU KEKHAWATIRAN GLOBAL
Pada Senin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak kemanusiaan terhadap warga sipil.
Orang-orang melakukan upaya penyelamatan di sebuah lokasi serangan Israel di Ain Ed Delb, Lebanon, pada 30 September 2024. (Xinhua/Ali Hashisho)
“Sekretaris jenderal merasa sangat khawatir dengan konsekuensi kemanusiaan dari peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di Lebanon,” ungkap Stephane Dujarric, kepala juru bicara Guterres. “Dia terus mengulangi seruannya untuk deeskalasi, penghentian permusuhan.”
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang bertugas memantau Garis Biru antara Israel dan Lebanon, atau dikenal sebagai UNIFIL, tetap bertahan di posisi mereka.
Namun demikian, Dujarric mengatakan bahwa meski pasukan penjaga perdamaian PBB tetap bertahan di area jaga mereka, intensitas pertempuran menghambat pergerakan dan kemampuan mereka untuk melakukan tugas yang diamanatkan, seperti melakukan patroli.
Dujarric menuturkan bahwa PBB akan mengerahkan sumber daya tambahan ke Lebanon untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat dari sekitar 1 juta warga yang terdampak krisis yang terus meruncing tersebut.
Presiden Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) Philemon Yang pada Senin menyerukan kepada Israel, Hamas, dan Hizbullah agar segera mencapai gencatan senjata.
Pada hari terakhir Debat Umum UNGA sesi ke-79, banyak pembicara juga mengecam aksi militer Israel di Gaza dan Lebanon, serta menyerukan agar permusuhan segera dihentikan.
Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Suriah Bassam Sabbagh mengecam agresi Israel terhadap rakyat Palestina, sembari menekankan “perlunya menuntut pertanggungjawaban Israel atas kejahatan perang yang dilakukannya.”
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Matthew Miller mengatakan sebelumnya pada Senin malam yang sama bahwa Israel telah menginformasikan kepada AS perihal “operasi terbatas yang difokuskan pada infrastruktur Hizbullah di dekat perbatasan.”
“Kita harus melakukan gencatan senjata sekarang,” tutur Presiden AS Joe Biden sebelumnya pada Senin tersebut.
Negara-negara lain, seperti Inggris dan Spanyol, juga menyuarakan kekhawatiran mereka terkait eskalasi tersebut dan menyerukan gencatan senjata. [Xinhua]