TEHERAN, Seorang pejabat tinggi keamanan Iran pada Senin (14/2) mengatakan bahwa keberhasilan pembicaraan Wina tentang pemulihan kesepakatan nuklir 2015 tergantung pada tekad politik Amerika Serikat (AS).
Negosiasi nuklir di Wina telah mencapai tahap yang “hasilnya dapat diumumkan tanpa perlu menerka-nerka,” kata Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani melalui Twitter.
Keputusan politik AS tentang apakah akan menerima persyaratan yang kondusif terhadap kesimpulan dari “sebuah kesepakatan yang kredibel dan langgeng” didasarkan pada prinsip-prinsip dalam kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), ujarnya.
Iran menandatangani JCPOA dengan negara-negara adidaya pada Juli 2015. Namun, mantan presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari perjanjian tersebut pada Mei 2018 dan kembali memberlakukan sanksi sepihak terhadap Iran, yang mendorong Iran membatalkan sejumlah komitmen nuklirnya satu tahun kemudian dan kembali melanjutkan program nuklir mereka yang sempat dihentikan.
Sejak April 2021, delapan putaran pembicaraan telah digelar di ibu kota Austria antara Iran dan pihak-pihak JCPOA yang tersisa, yaitu Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman, untuk menghidupkan kembali kesepakatan penting itu.
AS, yang secara tidak langsung terlibat dalam negosiasi Wina, mengatakan mereka memiliki waktu hingga akhir Februari untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 tersebut, atau AS akan meluncurkan “upaya agresif” terhadap Iran. [Xinhua]