Foto yang diabadikan pada 17 Desember 2021 ini menunjukkan pertemuan Komisi Gabungan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) di Wina, Austria. (Xinhua/Delegasi Uni Eropa di Wina)
TEHERAN, 5 September (Xinhua) — Kementerian Luar Negeri Iran pada Senin (5/9) mengatakan bahwa jawaban Iran atas respons Amerika Serikat (AS) terhadap sudut pandangnya mengenai rancangan akhir yang diusulkan Uni Eropa (UE) untuk sebuah perjanjian nuklir potensial adalah “konstruktif, jelas, dan legal,” seperti dilaporkan kantor berita semiresmi Iran Mehr.
Jika pihak lain memiliki tekad timbal-balik, jawaban Iran dapat mempersiapkan dasar untuk penyelesaian negosiasi tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dalam waktu yang sangat singkat, ujar Nasser Kanaani, juru bicara (jubir) kementerian tersebut, dalam sebuah konferensi pers mingguan.
Tujuan utama pemerintah dan tim negosiasi Iran dalam pembicaraan nuklir adalah penghapusan sanksi AS dan menjaga kepentingan ekonomi Iran, katanya.
Prioritas pertama bagi tim negosiasi Iran adalah untuk mengamankan jaminan pihak lain atas komitmen berkelanjutan mereka terhadap perjanjian nuklir potensial tersebut, tambah jubir itu.
Saat ditanya perihal kebutuhan energi negara-negara Eropa menjelang musim dingin dan kemungkinan permintaan mereka untuk impor energi dari Iran pada saat penandatanganan perjanjian nuklir potensial itu, Kanaani menyebutkan bahwa jika negosiasi nuklir membuahkan hasil dan sanksi sepihak Washington terhadap Teheran dicabut, Iran dapat memenuhi sebagian besar permintaan Eropa.
Sementara itu, perihal kemungkinan transaksi perdagangan antara Iran dan AS menyusul penandatanganan perjanjian nuklir potensial, Kanaani mengatakan kesepakatan nuklir 2015, yang secara formal dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), tidak dimaksudkan untuk mengatur hubungan bilateral antara kedua negara itu.
JCPOA semata-mata merupakan sebuah solusi untuk “kasus krisis yang tidak perlu dan artifisial” sehubungan dengan aktivitas nuklir damai Iran, imbuhnya.
Jubir itu mengatakan bahwa Iran akan terus mengejar pendekatan konstruktifnya guna mencapai sebuah kesepakatan yang “baik dan bertahan lama,” seraya mengungkapkan harapan bahwa pihak lain juga akan mengadopsi sebuah pendekatan konstruktif untuk tujuan serupa.
Iran menandatangani JCPOA dengan negara-negara besar dunia pada Juli 2015, setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan penghapusan sanksi terhadap negara tersebut. Namun, mantan presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari perjanjian itu dan menerapkan kembali sanksi sepihak terhadap Teheran, yang memicu Iran membatalkan beberapa komitmennya dalam pakta tersebut.
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali JCPOA dimulai pada April 2021 di Wina, tetapi ditangguhkan pada Maret tahun ini lantaran perbedaan politik antara Teheran dan Washington.
Putaran terakhir pembicaraan nuklir diadakan di ibu kota Austria itu pada awal Agustus, setelah terhenti selama lima bulan.
Iran dan AS secara tidak langsung bertukar pandangan tentang proposal UE yang ditujukan untuk menyelesaikan isu-isu yang masih tersisa tentang upaya menghidupkan kembali JCPOA. Washington pada Kamis (1/9) mengatakan bahwa respons terbaru Teheran dalam negosiasi untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 “tidak konstruktif.” Selesai