Foto dan tangkapan layar Aaron Bushnell, pilot Angkatan Udara AS yang melakukan aksi bakar diri pada 25 Februari 2024 di luar Kedutaan Besar Israel di Washington DC, dan kemudian tewas akibat luka-luka tersebut. (Xinhua/heavy.com)
Insiden itu terjadi ketika konflik Israel-Hamas akan memasuki bulan kelima, di tengah tekanan yang terus meningkat, termasuk dari Amerika Serikat, yang mendesak Israel untuk tidak melakukan operasi darat di Gaza selatan, tempat lebih dari 1 juta warga sipil Palestina tinggal saat ini.
WASHINGTON, 26 Februari (Xinhua) — Seorang pilot aktif Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang melakukan aksi bakar diri pada Minggu (25/2) di luar Kedutaan Besar Israel di Washington untuk memprotes operasi militer negara Yahudi tersebut di Gaza dinyatakan meninggal dunia, demikian pernyataan Pentagon pada Senin (26/2).
Juru bicara Angkatan Udara AS Rose Riley mengatakan bahwa pria tersebut akhirnya “tumbang akibat luka-lukanya dan meninggal dunia tadi malam. Kami akan memberikan rincian tambahan 24 jam setelah pemberitahuan kepada keluarga terdekat selesai.”
Departemen Pemadam Kebakaran dan Layanan Medis Darurat (Emergency Medical Service/EMS) Washington DC menyebutkan di media sosial X bahwa mereka menerima panggilan tentang seseorang yang terbakar di luar kedutaan itu tepat sebelum pukul 13.00 waktu setempat pada Minggu, dan mendapati kobaran api telah dipadamkan oleh divisi berseragam Secret Service.
Pria yang mengenakan seragam militer itu merekam aksi protesnya di depan kedutaan tersebut. “Saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida,” teriaknya, merujuk pada operasi militer Israel di Gaza.
“Bebaskan Palestina,” teriaknya sambil menuangkan cairan ke tubuhnya dan membakar dirinya sendiri, sebelum akhirnya tergeletak di tanah.
Dia dilarikan ke rumah sakit setempat dengan luka yang mengancam nyawa, ungkap Departemen Pemadam Kebakaran dan EMS Washington DC.
Pria tersebut telah diidentifikasi oleh Departemen Kepolisian Metropolitan Washington DC sebagai Aaron Bushnell (25), dari San Antonio, Texas.
Insiden itu terjadi ketika konflik Israel-Hamas akan memasuki bulan kelima, di tengah tekanan yang terus meningkat, termasuk dari Amerika Serikat, yang mendesak Israel untuk tidak melakukan operasi darat di Gaza selatan, tempat lebih dari 1 juta warga sipil Palestina tinggal saat ini. [Xinhua]