Orang-orang yang mengenakan masker berjalan di dekat Arc de Triomphe di Paris, Prancis, pada 23 Desember 2021. (Xinhua/Gao Jing)
Berbicara di hadapan Majelis Nasional Prancis, PM Elisabeth Borne menyatakan keprihatinan atas rendahnya tingkat vaksinasi boosterdi kalangan warga yang dianggap berisiko tinggi tertular virus itu, seraya memperingatkan bahwa COVID-19 “masih bisa membunuh.”
PARIS, 29 November (Xinhua) — Perdana Menteri (PM) Prancis Elisabeth Borne pada Selasa (29/11) memperingatkan tentang peningkatan kembali jumlah kasus COVID-19 di Prancis, mengatakan bahwa “lebih dari 40.000 kasus baru” terdeteksi di negara itu per harinya.
Berbicara di hadapan Majelis Nasional Prancis, Borne menyatakan keprihatinan atas rendahnya tingkat vaksinasi dosis penguat (booster) di kalangan warga yang dianggap berisiko tinggi tertular virus itu, seraya memperingatkan bahwa COVID-19 “masih bisa membunuh.”
Hanya 10 persen warga pada kategori berisiko tinggi yang telah menerima suntikan booster, papar sang PM.
Seorang wanita yang mengenakan masker menunggu di sebuah stasiun metro di Paris, Prancis, pada 8 Juli 2022. (Xinhua/Aurelien Morissard)
“Epidemi COVID mulai merebak kembali,” kata Borne kepada para anggota parlemen Prancis, dengan peningkatan angka rawat inap tercatat hampir 10 persen dalam satu pekan, peningkatan angka rawat inap di unit perawatan kritis sebesar 22 persen, dan 400 kematian akibat COVID-19 pada pekan lalu.
Borne menambahkan, “Gelombang baru ini mengingatkan kita bahwa virus itu belum hilang sepenuhnya.”
PM wanita pertama Prancis tersebut juga memperingatkan bahwa sistem rumah sakit di negara itu akan menghadapi “tekanan tambahan” akibat peningkatan kembali jumlah kasus COVID-19 di tengah epidemi flu, dan epidemi bronkiolitis (radang pernapasan) terburuk di Prancis dalam 10 tahun terakhir.
Borne menyerukan penerapan kembali langkah-langkah pencegahan tertentu, termasuk pemakaian masker di sekitar warga rentan dan di area-area ramai. [Xinhua]
Seorang anak menerima suntikan satu dosis vaksin COVID-19 di sebuah rumah sakit di Antibes, Prancis, pada 23 Desember 2021. (Xinhua/Serge Haouzi)